Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Jelang Implementasi RCEP, Industri Mamin Perlu Naikkan Daya Saing

Kehadiran kemitraan komprehensif sejatinya bisa membawa keuntungan bagi daya saing industri makanan dan minuman
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA -- Indonesia perlu persiapan lebih besar menghadapi implementasi RCEP, terutama untuk produk makanan dan minuman yang masih menghadapi defisit perdagangan.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan Indonesia merupakan pasar terbesar kedua setelah China ketika RCEP diterapkan. Untuk itu, daya saing produk makanan dan minuman perlu ditingkatkan demi memastikan Indonesia tak berakhir hanya sebagai negara tujuan ekspor peserta RCEP.

“Jika berkaca pada Indonesia-Australia CEPA, ekspor makanan dan minuman ada kenaikan, tetapi impor naik lebih tinggi. Kelihatannya kita perlu persiapan lebih besar lagi dan bagaimana meningkatkan daya saing kita,” kata Adhi, Selasa (5/10/2021).

Adhi mengatakan kehadiran kemitraan komprehensif sejatinya bisa membawa keuntungan bagi daya saing industri makanan dan minuman. Dia memberi contoh soal penerapan konsep economic power house antara Indonesia dan Australia. Lewat implementasi konsep ini, Indonesia bisa menerima pasokan bahan baku murah dan transfer teknologi sehingga produk yang dihasilkan bisa menjangkau pasar yang lebih luas.

“Kaitannya dengan RCEP, nanti akan lebih berat. Kita pasar kedua terbesar. Kita harus siap, perlu daya saing,” imbuhnya.

Adhi juga memperingatkan soal risiko penerapan regulasi perdagangan yang lebih ketat dari negara-negara peserta RCEP, seiring dengan implementasi perjanjian tersebut. Mengingat negara-negara telah berkomitmen menghapus tarif perdagangan barang, Adhi mengatakan restriksi teknis bisa muncul sebagai ganti.

“Teorinya dengan RCEP bisa menguntungkan kalau secara ideal semua membuka diri 100 persen sesuai perjanjian. Namun ada kecenderungan memunculkan kebijakan-kebijakan baru yang bisa menghambat. Misal di China mulai tahun depan ada syarat-syarat baru agar produk bisa masuk,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper