Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rencana Penyediaan Listrik Sah, Porsi EBT PLN Capai 51,6 Persen

Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik kali ini lebih hijau karena porsi untuk pengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan lebih besar dibandingkan fosil 
Petugas memeriksa panel surya di PLTS Gili Trawangan/ Bisnis - David E. Issetiabudi
Petugas memeriksa panel surya di PLTS Gili Trawangan/ Bisnis - David E. Issetiabudi

Bisnis.com, JAKARTA – Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik PT PLN (Persero) 2021 - 2030 mengamanatkan pengembangan energi baru terbarukan sebesar 51,6 persen dan energi fosil 48,4 persen. 

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) kali ini lebih hijau karena porsi untuk pengembangkan pembangkit berbasis energi baru terbarukan (EBT) lebih besar dibandingkan fosil 

“Pembangunan PLTU yang baru tidak lagi menjadi opsi, kecuali yang saat ini yang sudah committed sudah dalam konsumsi. Hal ini juga untuk membuka peluang, membuka ruang besar untuk pengembangan EBT,” katanya saat webinar diseminasi RUPTL PLN 2021 - 2030, Selasa (5/10/2021).

Adapun kapasitas pembangkit EBT akan ditambah hingga 20.923 MW. Kapasitas ini terbagi pada pembangkit listrik tenaga air (PLTA/M/MH) mencapai 10.391 MW, PLTB 597 MW, PLT Bio 590 MW, PLTP 3.355 MW, PLTS 4.680 MW. PLT EBT Base 1.010 MW dan battery energy storage system (BESS) 300 MW.

Sementara itu, tambahan kapasitas pembangkit energi fosil didominasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU/MT) 13.819 MW, PLTG/GU/MG 5.828 MW serta PLTD sebesar 5 MW. Total penambahan kapasitas pembangkit fosil adalah 19.652 MW. Secara keseluruhan, pemerintah membidik penambahan kapasitas listrik hingga 40.575 MW pada 2030. 

Menteri ESDM menyebut bahwa salah satu tantangan yang dihadapi menuju net zero emission adalah menyediakan listrik dari sumber energi rendah karbon serta mengurangi dominasi energi fosil terutama batu bara. Meskipun diakui pembangkit dengan bakar tersebut masih relatif murah. 

Selain itu, dia mendorong industri ikut dalam penggunaan energi rendah karbon. Upaya ini untuk mempermudah penyerapan produk di pasar internasional. 

RUPTL PLN 2021 - 2030 turut mengoreksi proyeksi pertumbuhan konsumsi listrik nasional menjadi rerata 4,9 persen dari sebelumnya 6,4 persen. Penurunan ini disebabkan kondisi oversupply pasokan listrik di Jawa - Bali akibat pandemi Covid-19. 

“Percepatan penambahan pembangkit sebesar 40,6 GW selama 10 tahun ke depan, peran IPP [independent power producer] dibuka lebih besar termasuk dalam pengembangkan pembangkit tenaga EBT,” katanya.

Arifin meminta agar PLN dapat melaksanakan RUPTL 2021 - 2030 sesuai rencana yang disepakati bersama. Dia mendorong seluruh infrastruktur yang direncanakan dilaksanakan tepat waktu. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper