Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produsen Semikonduktor Perkirakan Krisis Kelangkaan Chip Bertahan hingga 2022

Permintaan chip pada paruh pertama 2022 akan ketat, sementara pada semester kedua akan lebih baik seiring dengan pembukaan manufaktur.
Ilustrasi chip/ Bloomberg
Ilustrasi chip/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Kelangkaan chip semikonduktor yang menghambat produksi mobil dan material komputer hingga sikat gigi akan berlangsung hingga 2022, bahkan lebih jauh.

Hal tersebut disampaikan oleh CEO Marvell Technology Matt Murphy, seperti dikutip dari CNBC pada Minggu (3/10/2021). Murphy yang sudah berkecimpung di sektor ini selama 27 tahun, mengaku belum pernah melihat hal tersebut terjadi.

"Jika bisnis tetap berjalan seperti biasa, dan semuanya berjalan dengan baik dan benar, ini akan menjadi periode yang sangat menyakitkan, termasuk pada 2022 sepanjang tahun ini," kata Murphy.

Ketika produsen chip mengumumkan rencana ekspansi kapasitas pabrik, Murphy memperkirakan rencana itu baru akan bisa dimulai pada 2023 dan 2024.

Pandangan Murphy memang jauh lebih pesimistis ketimbang pelaku usaha chip lainnya yang memperkirakan kelangkaan akan terjadi pada tahun depan saat pabrik baru dibuka.

“Kami selalu melalui siklus pasang surut, di mana permintaan telah melebihi pasokan atau sebaliknya. Kali ini berbeda,” kata CEO AMD Lisa Su pada Senin.

Menurut Su, permintaan chip pada paruh pertama 2022 akan ketat, sementara pada semester kedua akan lebih baik seiring dengan pembukaan manufaktur.

“Mungkin akan memakan sekitar 18 - 24 bulan untuk membuka pabrik baru, dalam beberapa kasus mungkin akan lebih lama dari itu. Investasi ini sudah dimulai sejak tahun lalu," katanya Su.

Sementara itu, pesaingnya, Intel memproyeksikan kenaikan produksi hingga dua kali lipat setelah mengucurkan investasi US$20 miliar untuk dua pabrik chip baru di Arizona.

Produsen semikonduktor terbesar TSMC, juga tengah membangun pabrik baru senilai US$12 miliar di Arizona. Perusahaan mengumumkan pada April bahwa mereka akan menginvestasikan US$100 miliar selama 3 tahun ke depan untuk meningkatkan kapasitas pabrik.

Murphy mengatakan kekurangan tersebut dapat diatasi karena permintaan untuk produk-produk tertentu yang menggunakan chip akhirnya turun.

“Saya pikir tidak mungkin, dari sudut pandang saya, setiap segmen industri elektronik tetap berada di atas dan ke kanan, merobek permintaan selama 12 bulan lagi; itu tidak masuk akal," kata Murphy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Nindya Aldila
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper