Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut Evergrande & Batas Utang AS 'Ngefek' ke Ekonomi RI di 2022

Gejolak perekonomian global perlu diwaspadai oleh Indonesia pada 2022, agar upaya pemulihan ekonomi tidak terganjal.
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama dengan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani (kiri) bersama dengan Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah menilai bahwa konflik batas utang atau debt limit yang terjadi di Amerika Serikat (AS) dan kasus Evergrande di China menjadi faktor eksternal yang akan memengaruhi perekonomian tahun depan. Indonesia dinilai perlu bersiap atas dinamika global sembari memperkuat ekonomi domestik.
 
Hal tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam gelaran CIMB Niaga Forum bertajuk Optimisme Pemulihan Ekonomi 2022, Rabu (29/9/2021). Menurutnya, pandemi Covid-19 masih akan menjadi tantangan utama dalam menggerakkan perekonomian tahun depan.
 
Meskipun begitu, dinamika global tetap akan menjadi perhatian pemerintah karena dapat memengaruhi perekonomian Indonesia. Menurut Sri Mulyani, gejolak perekonomian yang terjadi di China dan Amerika Serikat harus terus menjadi sorotan.
 
"Beberapa persoalan seperti Evergrande yang terjadi di China, atau terjadinya pembahasan di bidang fiskal, seperti debt limit yang terjadi di Amerika Serikat, ini semuanya menjadi faktor yang harus terus kita waspadai," ujar Sri Mulyani pada Rabu (29/9/2021).
 
Dilansir dari Bloomberg, dua pemegang obligasi dolar Evergrande Group menyatakan belum menerima pembayaran kupon hingga Kamis (30/9/2021) pukul 08.00 waktu Hong Kong, padahal kupon itu jatuh tempo pada Rabu (29/9/2021). Evergrande dirundung gagal bayar dan pasar keuangan global dinilai dapat terbebani oleh kasus itu.
 
Adapun, Amerika Serikat menghadapi tenggat waktu untuk mengatasi plafon utang negara sebesar US$28,3 triliun dan dikhawatirkan terjadi kehabisan kas negara. Kebijakan penangguhan batas utang (debt limit) masih menjadi pembahasan, pelaku ekonomi global pun menantikan arah kebijakan Joe Biden.
 
Selain itu, Sri Mulyani pun menyoroti kemungkinan terjadinya tapering dari kebijakan moneter di Amerika Serikat. Pemerintah pun terus mewaspadai berbagai gejolak ekonomi global sembari memperkuat kondisi di dalam negeri.
 
"Jadi sambil kita melihat dan menjaga pemulihan ekonomi domestik kita, kita tidak lengah perubahan global yang begitu sangat dinamis, saat ini maupun kita prediksi pada 2022," ujar Sri Mulyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper