Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Furnitur Bidik Kenaikan Ekspor 20 Persen per Tahun

Pada 2024, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menargetkan ekspor dapat mencapai Rp71,24 triliun.
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit. /Antara-Mansyur S
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit. /Antara-Mansyur S

Bisnis.com, JAKARTA — Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menargetkan capaian nilai ekspor senilai US$5 miliar per tahun (Rp71,24 triliun) pada 2024. Ketua HIMKI Abdul Sobur mengatakan nilai dari pengapalan ke negara lain tersebut dapat dicapai dengan pertumbuhan berkisar 15-20 persen per tahun.

Menurut catatan Kementerian Perindustrian, ekspor furnitur sepanjang tahun lalu sebesar US$1,91 miliar atau tumbuh 7,6 persen dibandingkan dengan 2019 sebesar US$1,77 miliar. Adapun negara utama tujuan ekspor furnitur Indonesia yakni Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.

"Kami ingin membuat pertumbuhan [nilai ekspor hingga] US$5 miliar per tahun di 2024. Ada waktu tiga tahun untuk bersiap dan pertumbuhannya harus 15-20 persen per tahun," kata Abdul dalam siaran live, Jumat (24/9/2021).

Pada triwulan I 2021, sektor ini dapat tumbuh positif sebesar 8,04 persen, setelah terkontraksi 7,28 persen pada periode yang sama tahun lalu. Adapun subsektor industri kayu, barang dari kayu, rotan, dan furnitur berkontribusi sebesar 2,60 persen terhadap pertumbuhan kelompok industri agro.

Abdul mengatakan pertumbuhan ekspor furnitur Indonesia pada tahun ini masih dipengaruhi sentimen perang dagang AS-China. Menurur catatan HIMKI, ekspor furnitur dari China ke AS mengalami penurunan drastis tahun lalu, dari sekitar US$38 miliar pada 2019 menjadi US$10 miliar saja pada 2020.

Ceruk pasar itulah yang diambil oleh negara-negara pengekspor furnitur lain, termasuk Indonesia. Sementara itu, Abdul mengatakan banyak pengusaha furnitur yang belum menekuni pasar domestik. Sebanyak 98 persen anggota HIMKI, mengkhususkan produknya untuk ekspor.

Dia pun berupaya mendorong keseimbangan penetrasi pasar antara domestik dan ekspor. Idealnya, pemain dalam negeri di pasar domestik mencapai 50 persen sehingga tidak dikuasai oleh merek asing.

Namun, dia mengaku masih kesulitan mendapatkan bahan baku. Dia meminta pemerintah untuk terus mengupayakan keberlanjutan bahan baku furnitur.  

"Lahan Perhutani yang 25 juta hektar belum dioptimalkan, apalagi akan dimanfaatkan untuk perhutanan plus. Perhutani harus disokong besar-besaran supaya bisa menanam pohon besar-besaran," lanjut Abdul. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper