Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

AS Absen, China Resmi Daftar Pakta Dagang Asia Pasifik

Permohonan ikut pakta dagang Asia Pasifik merupakan hasil dari diskusi di belakang layar selama berbulan-bulan setelah Presiden China Xi Jinping mengatakan pada 2020 bahwa negara tersebut tertarik untuk bergabung.
Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan di Beijing, China, 1 Juli 2021. China akan menyumbang dua miliar dosis vaksin dan 100 juta dolar untuk membantu negara-negara berkembang./Antara-Reuters
Presiden China Xi Jinping melambaikan tangan di Beijing, China, 1 Juli 2021. China akan menyumbang dua miliar dosis vaksin dan 100 juta dolar untuk membantu negara-negara berkembang./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA — China telah mengajukan permohonan untuk bergabung dengan pakta perdagangan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP). Amerika Serikat di bawah Donald Trump sebelumnya mencabut diri dari keanggotaan pakta tersebut.

Dalam sebuah pernyataan, Beijing telah mengajukan surat permohonan resmi untuk bergabung dengan kesepakatan itu.

Perjanjian itu awalnya dibayangkan oleh AS sebagai blok ekonomi untuk mengimbangi pertumbuhan kekuatan China. Presiden Barack Obama pada 2016 mengatakan bahwa AS yang seharusnya menulis aturan perdagangan regional. Penggantinya, Donald Trump, menarik diri dari kesepakatan itu pada 2017, dikuti dengan Jepang memimpin revisi pakta.

Permohonan tersebut dipastikan akan memicu reaksi dari Washington, di mana sejumlah anggota parlemen telah menyatakan keprihatinannya tentang upaya China untuk bergabung. Belum ada tanda-tanda dari pemerintahan Presiden Joe Biden bahwa mereka tertarik untuk bergabung kembali dengan kesepakatan itu.

Permohonan tersebut merupakan hasil dari diskusi di belakang layar selama berbulan-bulan setelah Presiden Xi Jinping mengatakan pada 2020 bahwa negara tersebut tertarik untuk bergabung.

China adalah negara kedua yang mendaftar untuk bergabung dengan kesepakatan 11 negara, setelah Inggris meminta untuk menjadi anggota awal tahun ini.

"Ini adalah perhitungan yang sangat rasional oleh kepemimpinan China. Mengingat bagaimana pasar China mendorong pemulihan ekonomi, kartu mereka tidak akan pernah sekuat ini lagi. Atau lebih tepatnya, risiko menolak aplikasi China tidak akan pernah setinggi ini," kata Hosuk Lee-Makiyama, direktur Pusat Eropa untuk Ekonomi Politik Internasional di Brussels, dilansir Bloomberg, Sabtu (18/9/2021).

Aplikasi tersebut menggarisbawahi situasi geopolitik yang semakin rumit di Asia, di mana China adalah ekonomi dominan dan mitra dagang utama bagi banyak negara, tetapi persaingan dengan AS semakin buruk.

Australia, Singapura, Selandia Baru, dan Jepang adalah anggota CPTPP dan sekutu dekat AS, tetapi bersama dengan China, mereka juga anggota Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP) yang berhasil dinegosiasikan tahun lalu.

Ketegangan militer dan diplomatik antara China dan Jepang, ekonomi terbesar di CPTPP, telah meningkat karena kehadiran militer Beijing yang meningkat di sekitar pulau-pulau yang diklaim kedua negara sebagai milik mereka, ancaman China terhadap Taiwan, dan faktor lainnya.

"Terkait permohonan China, Jepang harus melihat dengan baik apakah siap mencapai TPP tingkat tinggi,” kata Menteri Luar Negeri Motegi Toshimitsu di Tokyo.

Toshimitsu akan berunding dengan negara-negara anggota lain dengan mempertimbangkan isu-isu strategis. Dia juga menambahkan bahwa aplikasi Inggris akan ditangani terlebih dahulu.

Taiwan juga telah menyatakan minatnya untuk bergabung dengan CPTPP dan telah berbicara dengan anggota kelompok tersebut, dengan beberapa anggota parlemen dari partai yang berkuasa di Jepang bulan lalu mendukung masuknya CPTPP.

Namun, aplikasi China akan memperumit keadaan itu karena Beijing menentang Taiwan bergabung dengan organisasi atau kelompok internasional mana pun.

Taiwan akan terus berbicara dengan para anggota dan akan mengajukan permohonan ketika ada konsensus, kata Menteri Urusan Ekonomi pulau itu Wang Mei-hua.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper