Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lesunya Ekonomi China Dipicu Sektor Properti dan Efek Pandemi

Lesunya ekonomi di China menggambarkan bagaimana sulitnya tantangan dunia memperjuangkan pemulihan ekonomi di tengah meningkatnya penyebaran varian delta.
Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyd's List/ Bloomberg
Pelabuhan Ningbo-Zhoushan adalah pelabuhan tersibuk ketiga secara global dalam hal pengiriman peti kemas pada 2020 dan tersibuk kedua di China setelah Shanghai, menurut publikasi maritim Lloyd's List/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Perekonomian China melemah pada Agustus setelah adanya pengetatan di industri properti dan tantangan menghadapi penyebaran varian delta. Hal ini memunculkan kekhawatiran terhadap proyeksi pemulihan ekonomi.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (15/9/2021), Biro Statistik Nasional China (NBS) menunjukkan penjualan ritel turun menjadi 2,5 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Angka tersebut jauh lebih rendah dari survei ekonom yang dilakukan oleh Bloomberg yang memprediksi sebesar 7 persen.  

Investasi di sektor konstruksi terkontraksi sebesar 3,2 persen dalam 8 bulan pertama tahun ini. Hal ini mencerminkan adanya pengetatan pada sektor properti. 

Beijing dalam beberapa bulan terakhir telah memperketat akses pembiayaan untuk pengembang real estat, dan mengurangi laju kredit rumah guna mencegah risiko finansial dan mengurangi ketergantungan ekonominya pada properti.

Perlambatan sektor konstruksi mendorong produksi baja China ke level terendah selama 17 bulan pada Agustus. Konstruksi yang melemah di seluruh ekonomi global juga telah mengurangi permintaan China untuk komoditas seperti bijih besi.

Lesunya ekonomi di China menggambarkan bagaimana sulitnya tantangan dunia memperjuangkan pemulihan ekonomi di tengah meningkatnya penyebaran varian delta.

“Pasar saat ini telah meremehkan skala lambatnya pertumbuhan pada paruh kedua. [Otoritas] akan tetap pada pendekatan bersakit-sakit pada jangka pendek untuk mendapatkan keuntungan kemudian," ungkap kata Lu Ting, Kepala Ekonom China di Nomura Holdings Inc di Hong Kong.

Pengetatan kebijakan pembatasan pada sektor perjalanan telah membuat bisnis restoran dan makanan terkontraksi hingga 4,5 persen pada Agustus dibandingkan dengan tahun lalu setelah sempat tumbuh 14,3 persen pada Juli.

Sayangnya, klaster virus baru belum lama ini ditemukan di China bagian selatan sehingga membuat tren konsumsi diselimuti ketidakpstian.

Obligasi pemerintah berjangka 10 tahun naik untuk pertama kalinya dalam tiga hari sehingga menghidupkan kembali ekspektasi untuk pelonggaran kebijakan. Indeks CSI 300 memangkas kerugiannya sedikit yakni turun 0,3 persen pada 13:04 di Shanghai.

Pemerintah China lebih memilih menahan diri dari stimulus besar untuk mendukung ekonomi dengan lebih berfokus pada bisnis kecil dan menjanjikan dukungan fiskal melalui penggunaan obligasi pemerintah.

Bank sentral China mempertahankan pendekatan kebijakan terukurnya dengan memberikan pinjaman jangka menengah daripada menyuntikkan lebih banyak likuiditas.

Ekonom memprediksi Bank Rakyat China akan memangkas rasio cadangan wajib (RRR) untuk perbankan dalam beberapa bulan ke depan mengikuti yang sudah dilakukan pada Juli.

"Data tersebut secara signifikan memperkuat alasan bagi bank sentral dan pemerintah untuk meningkatkan dukungan kebijakan dengan cepat. Perbedaan yang tumbuh antara sisi penawaran dan permintaan ekonomi semakin jelas. Kami pikir mereka bisa menyimpang lebih jauh," kata Chang Shu, kepala ekonom Bloomberg.

Kepala ekonom China Macquarie Securities Ltd. yang berbasis di Hong Kong Larry Hu mengatakan meskipun konsumsi kemungkinan akan pulih pada September, ekonomi akan tetap melemah di bawah tren hingga dalam beberapa kuartal ke depan.

“Kebijakan perlu mengurangi margin melalui penerbitan obligasi pemerintah lebih cepat dan kuota pinjaman yang lebih banyak, tetapi masih terlalu dini bagi mereka untuk melonggarkan pengawasan pada properti dan utang pemerintah daerah," ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper