Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Baku Melimpah, RI Bisa Jadi Pemain Utama EV Baterai

Holding Industri Pertambangan itu memperkirakan pertumbuhan industri baterai mengalami peningkatan signifikan ke depan. Kebutuhan baterai diperkirakan mulai menyentuh 2,4 Gwh pada 2025.
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg
Perakitan baterai untuk mobil listrik/ Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia disebut dapat menjadi pemain utama industri electric vehicle (EV) baterai di dunia seiring melimpahnya bahan baku di dalam negeri. 

PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) Alexander Barus mengatakan Indonesia memiliki seluruh komponen baterai untuk kebutuhan kendaraan listrik mulai dari katoda, anoda maupun lithium.

“Mudah-mudahan kita juga tidak [hanya] mengekspor katoda, tapi kita produksi EV komplet. Kita pack di Indonesia katoda, anoda dan lithium-nya, sehingga kita betul-betul produsen yang komplet bukan saja bagian dari baterai EV ini,” katanya saat webinar Minerba for Energy, Selasa (15/9/2021) malam. 

Lebih lanjut, Indonesia kata Alex juga memiliki seluruh tipe baterai yang dibutuhkan dunia mulai dari baterai lithium NCA (Nickel Cobalt Aluminum Oxide), lithium NMC (Nickel Manganese Cobalt Oxide) maupun Lithium Iron Phosphate. 

Dia mengatakan langkah itu dapat dimulai dengan pengembangan sumber daya manusia andal agar mampu bermain pada energi bersih termasuk mobil listrik maupun baterai penggerak. 

“Jadi kita bisa menjadi main player of EV Baterai di Indonesia,” terangnya.

Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan memproyeksikan kebutuhan baterai di Indonesia bahkan mencapai 29 gigawatt hour pada 2035 seiring meningkatnya penggunaan energi berbasis baterai di masa depan.

“Kalau skenario base case-nya, memang ini passenger cars memang paling besar pada 2035,” katanya. 

Holding Industri Pertambangan itu memperkirakan pertumbuhan industri baterai mengalami peningkatan signifikan pada tahun-tahun mendatang. Kebutuhan baterai diperkirakan mulai menyentuh 2,4 Gwh pada 2025. 

Kemudian permintaan terus meningkat pada 2030 menjadi 11,9 Gwh. Lima tahun berselang atau pada 2035, permintaan baterai di Tanah Air diproyeksikan melonjak hingga 29,3 Gwh. 

Dari proyeksi tersebut, kendaraan penumpang akan mendominasi permintaan untuk baterai yakni 19,0 Gwh disusul untuk kebutuhan electric motorcycle 5,3 Gwh serta untuk kebutuhan energy storage system 1,8 Gwh. 

“Indonesia juga diekspektasikan menjadi top 2 supplier untuk EV di Asia Tenggara dengan market share 25 persen,” terangnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper