Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menko Airlangga Klaim Inflasi Agustus 2021 Terkendali di Tengah Geliat Manufaktur

Di tengah masih berlanjutnya pembatasan aktivitas masyarakat, tingkat inflasi Agustus 2021 masih tetap terkendali. Inflasi tersebut utamanya disumbang oleh komponen inflasi inti, dengan kontribusi 0,14 persen.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto saat menerima audiensi dari para pelaku industri film di Jakarta, Jumat (19/3/2021)./Antara/HO-Humas Kemenko Perekonomian.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian selaku Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPC-PEN) Airlangga Hartarto saat menerima audiensi dari para pelaku industri film di Jakarta, Jumat (19/3/2021)./Antara/HO-Humas Kemenko Perekonomian.

Bisnis.com, JAKARTA — Inflasi Agustus 2021 sebesar 0,03 persen (month-to-month/mtm) atau 1,59 persen (year-on-year/yoy) dinilai masih tetap terkendali, di tengah meningkatknya aktivitas manufaktur. Meskipun begitu, kondisi perekonomian di tengah pandemi Covid-19 masih memerlukan perhatian.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa di tengah masih berlanjutnya pembatasan aktivitas masyarakat, tingkat inflasi Agustus 2021 masih tetap terkendali. Inflasi tersebut utamanya disumbang oleh komponen inflasi inti, dengan kontribusi 0,14 persen.

Inflasi inti pada Agustus 2021 tercatat sebesar 0,21 persen (mtm), jumlahnya meningkatan dibandingkan dengan Juli 2021 sebesar 0,07 persen (mtm).

Peningkatan inflasi inti terutama didorong kelompok pendidikan yang mengalami inflasi 1,20 persen (mtm), sejalan dengan momentum dimulainya tahun ajaran baru 2021/2022.

Inflasi inti yang masih tetap meningkat pada Agustus 2021 merupakan suatu hal yang positif. Meskipun ini tetap perlu menjadi perhatian, melihat permintaan domestik yang belum kuat sepenuhnya,” ujar Airlangga pada Rabu (1/9/2021).

Komponen Harga Diatur Pemerintah (administered prices) mengalami inflasi sebesar 0,02 persen (mtm) atau 0,65 persen (yoy), tetapi dinilai tidak memberikan andil terhadap inflasi Agustus 2021. Andil inflasi Rokok Kretek sebesar 0,01 persen telah di-offset oleh deflasi tarif angkutan udara dengan andil sebesar -0,01 persen, dikarenakan pembatasan aktivitas masyarakat.

Sementara itu, komponen Harga Bergejolak (volatile food/VF) mengalami deflasi sebesar -0,64 persen (mtm), dan 3,80 persen (yoy). Komoditas yang mengalami penurunan harga dan memberikan andil deflasi yakni Cabai Rawit (-0,05 persen), Daging Ayam Ras dan Cabai Merah (andil masing-masing sebesar -0,04 persen), Bayam, Buncis, Kacang Panjang, Kangkung, dan Sawi Hijau (andil masing-masing sebesar -0,01 persen).

Sedangkan komoditas VF yang masih mengalami kenaikan harga dan menyumbang inflasi yakni Minyak Goreng (0,02 persen); Tomat, Ikan Segar, dan Pepaya (andil masing-masing sebesar 0,01 persen).

“Realisasi inflasi VF secara tahunan masih sesuai dengan target yang telah disepakati pada High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat pada 11 Februari 2021 lalu, yakni sebesar 3 persen–5 persen (yoy). Ke depan, pasokan yang memadai dan kelancaran distribusi di tengah pembatasan aktivitas masyarakat akan terus dijaga,” ujar Airlangga.

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa inflasi yang terkendali tersebut juga diiringi dengan meningkatnya permintaan yang tercermin dari indeks manajer pembelian (purchasing managers' index/PMI) manufaktur Agustus 2021 yang juga naik.

PMI Manufaktur Indonesia pada Agustus 2021 berada pada level 43,7 atau naik dari bulan sebelumnya di level 40,1. Tingkat PMI Indonesia pada Agustus 2021 tercatat lebih tinggi dibandingkan dengan beberapa negara di Asean, seperti Myanmar (36,5), Vietnam (40,2), dan Malaysia (43,4).

Airlangga menilai bahwa tingkat PMI Indonesia yang membaik menunjukkan adanya potensi peningkatan permintaan yang diiringi dengan naiknya kapasitas output dan penyerapan tenaga kerja. Membaiknya PMI itu pun dinilai sejalan dengan meningkatnya efektivitas pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM).

Kondisi tersebut dinilai mengangkat ekspektasi perusahaan manufaktur tentang perkiraan produksi dalam 12 bulan ke depan mampu mencapai level yang optimis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper