Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Gangguan Rantai Pasok Bebani Manufaktur RI Agustus 2021

Dampak Covid-19 gelombang kedua masih berada pada level yang membebani manufaktur.
Pekerja mengecek lembaran baja di pabrik Sunrise Steel, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/2). /Antara Foto-Zabur Karuru
Pekerja mengecek lembaran baja di pabrik Sunrise Steel, Mojokerto, Jawa Timur, Kamis (18/2). /Antara Foto-Zabur Karuru

Bisnis.com, JAKARTA — Purchasing Managers' Index (PMI) manufaktur Indonesia pada Agustus masih berada di level kontraksi 43,7. Meski mengalami kenaikan dari Juli (40,1), aktivitas industri belum mampu terdorong ke level ekspansi di atas 50.

Direktur Asosiasi Ekonomi di IHS Markit Jingyi Pan mengatakan gangguan rantai pasokan akibat Covid-19 masih terjadi pada Agustus, dengan perusahaan mencatat penurunan performa pemasok dan peningkatan tekanan harga berkelanjutan.

"Pada saat yang sama, kita telah melihat kepercayaan bisnis di antara perusahaan Indonesia menurun dari Juli, meskipun gelombang Covi-19 mereda," katanya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/9/2021).

Pan menambahkan dampak Covid-19 gelombang kedua masih berada pada tingkat parah untuk membebani manufaktur.

Namun kabar baiknya, semua tampak membaik dari Juli sejalan dengan menurunnya kasus Covid-19 di Indonesia. Hal ini terlihat dari berkurangnya tingkat penurunan permintaan dan output dibandingkan Juli. Selain itu, akuisisi inventaris praproduksi dan kondisi ketenagakerjaan juga menurun.

"Selanjutnya, penting untuk melihat subindeks membaik menandai awal pemulihan dari dampak gelombang Covid-19 terkini untuk sektor manufaktur Indonesia," ujarnya.

Sejalan dengan angka utama PMI, baik output maupun permintaan baru terus menurun pada Agustus, tetapi penuran berada pada kisaran lebih lambat dibandingkan pada bulan Juli.

Ini menggambarkan gelombang Covid-19 membaik setelah kondisi puncak baru-baru ini pada akhir Juli meski pertumbuhan penambahan kasus tetap terjadi.

Permintaan asing terhadap barang buatan Indonesia juga menurun pada kisaran yang lebihlambat pada Agustus. Meskipun tingkat penurunan produksi dan permintaan baru menurun dari Juli, tetapi masih tergolong tajam dalam sejarah survei, menyebabkan perusahaan tetap waspada dengan tingkat ketenagakerjaan.

Kondisi ini, ditambah dengan absen kerja karena Covid-19, menyebabkan rekor akumulasi penumpukan pekerjaan paling tajam.

Di sisi lain, aktivitas pembelian jatuh bersamaan dengan permintaan baru selama dua bulan berturut-turut, meskipun pada laju yang lebih rendah daripada bulan Juli. Pada saat yang bersamaan, inventaris praproduksi pabrik menurun selama empat bulan berturut-turut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper