Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kimia Berharap Tahun Depan Menuju Pemulihan

Adapun sebelum adanya PPKM Darurat yang dilanjutkan PPKM Level 3 dan 4, utilisasi industri kimia sekitar 50-60 persen. Proyeksi penurunan utilisasi saat PPKM sekitar 40–50 persen.
Ilustrasi industri kimia. /Istimewa
Ilustrasi industri kimia. /Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA — Industri kimia dasar berharap prospek tahun depan yang lebih baik guna mencapai kondisi seperti sebelum pandemi pada tahun setelahnya atau mulai 2023.

Adapun Kementerian Perindustrian tahun depan memproyeksi pertumbuhan manufaktur akan berkisar 4,5–5 persen atau sedikit naik dari proyeksi tahun ini yang 4–4,5 persen.

Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi menilai target pertumbuhan tahun ini dikisaran 4 persen bukan berarti telah diikuti kondisi ekonomi yang kembalu di level sebelum pandemi Covid-19.

Hal itu, mengingat kontraksi pada 2020 cukup menekan kegiatan di industri manufaktur. Michael menyebut kapasitas produksi harua turun sekitar 40–50 persen dari periode 2019.

"Jadi, kenaikan 4 persen pada tahun ini dan dengan proyeksi tahun depan belum akan membuat kapasitas industri kembali ke 2019, tetapi pertumbuhan positif tentunya membuat kita semua mempunyai harapan dan semangat yang positif," katanya kepada Bisnis belum lama ini.

Michael menyebut dengan begitu harapan industri untuk benar-benar pulih pada 2023 atau 2024 bisa terjadi.

Adapun sebelum adanya PPKM Darurat yang dilanjutkan PPKM Level 3 dan 4, utilisasi industri kimia sekitar 50-60 persen. Proyeksi penurunan utilisasi saat PPKM sekitar 40–50 persen.

Michael juga menyebut secara keseluruhan akan sulit mengharapkan pertumbuhan yang kuat pada semester II/2021 ini. Adapun pada semester I/2021 Michael juga masih menilai kinerja masih lemah.

Alhasil, tahun ini industri belum bisa memastikan target pertumbuhan 5–10 persen seperti yang diharapkan pada awal tahun akan tercapai.

"Target pertumbuhan sepertinya akan sulit walau kami masuk sektro kritikal yang bisa beroperasi 100 persen," ujar Michael.

Sementara itu, Michael mengapresiasi postur rencana anggaran pendapatan dan belanja negara atau RAPBN 2022 yang sudah cukup merefleksikan kondisi saat ini. Bahkan, dia menyebut pemerintah sudah membuat proyeksi terbaik sesuai kondisi makro ekonomi dan geopolitik yang sedang berlangsung.

Apalagi, pemerintah juga memberi penekanan pada fleksibilitas dalam mengelola anggaran ke depan. Hal itu sudah tepat mengingat dengan situasi yang VUCA atau volatility, uncertainty, complexity, and ambiguity ini diperlukan adjustment dan agility apabila terjadi perubahan indikator yang signifikan.

"Strategi dan taktik perlu disesuaikan segera. Evaluasi tiga bulanan sekarang menjadi sangat penting dan melakukan tindakan koreksi secepatnya, tidak perlu lagi menunggu setahun sekali," kata Michael.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper