Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Potret Industri Manufaktur Setelah 76 Tahun Indonesia Merdeka

Benarkan Indonesia menuju deindustrialisasi setelah 76 tahun merdeka?
Badan mobil baru dalam proses produksi di pabrik PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia, di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). /Bloomberg-Dimas Ardian
Badan mobil baru dalam proses produksi di pabrik PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Indonesia, di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, Selasa (25/4). /Bloomberg-Dimas Ardian

Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menilai 2019 dan 2020 merupakan tahun penuh tekanan khususnya bagi sektor industri manufaktur.

Pelambatan pertumbuhan industri manufaktur membuat beberapa kalangan berpendapat bahwa sedang terjadi atau setidaknya sudah ada gejala deindustrialisasi di Indonesia.

"Realitanya, sektor industri pengolahan di Indonesia selalu menunjukkan pertumbuhan yang positif dan selalu menjadi motor penggerak perekonomian nasional," katanya dalam Refleksi HUT RI Ke-76, Selasa (17/8/2021).

Agus menyebut pertumbuhan negatif hanya terjadi sebanyak dua kali akibat kejadian luar biasa, yaitu minus 11,5 persen akibat dampak krisis 1997 dan minus 2,93 persen pada tahun 2020 akibat dampak pandemi Covid-19.

Sementara berbagai tekanan menyebabkan turunnya pertumbuhan industri manufaktur ke posisi 4,34 persen pada tahun 2019 dan minus 2,52 persen pada 2020. Pemicunya adalah perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China serta pandemi Covid-19.

Perang dagang menciptakan efek berantai di mana setiap negara meningkatkan proteksi perdagangan sehingga tercipta kembali high cost economy dalam sistem perdagangan dunia. Di samping itu, sisi supply juga terganggu.

China sebagai penguasa pasar ekspor dunia berusaha mencari pasar baru untuk produk barang dan jasa mereka yang tidak bisa masuk ke AS.

"Meluapnya pasokan menekan sektor industri manufaktur di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dari segi keuangan, para investor melakukan aksi wait and see sehingga berdampak pada ketidakpastian dan kelesuan," ujarnya.

Adapun pandemi Covid-19 memberikan tekanan hebat kepada sektor industri dari dua sisi, sisi supply dan sisi demand. Sisi supply terganggu akibat terhambatnya rantai pasok global (supply shock).

Sementara dalam catatan Kementerian Perindustrian, sisi demand terganggu utamanya akibat menurunnya daya beli masyarakat. Banyak industri manufaktur yang memutuskan mengurangi utilitas atau bahkan menghentikan produksinya.

Meski demikian, tahun ini sektor industri pengolahan sudah kembali tumbuh positif. Pada kuartal II/2021 pertumbuhan industri manufaktur rebound ke level positif di angka 6,91 persen.

Di samping itu, angka absolut kontribusi sektor industri pengolahan dalam PDB secara umum meningkat meski secara persentasenya terhadap PDB menurun. Ini sejalan dengan kontribusi ekspor sektor industri manufaktur dalam ekspor nasional dan nilai investasi di sektor industri manufaktur yang selalu meningkat dari tahun ke tahun.

Kontribusi ekspor sektor industri dalam ekspor nasional pada tahun 2020 tercatat sebesar 80,3 persen, dan pada Januari-Juni 2021 tercatat sebesar 78,8 persen yang mendorong surplus neraca perdagangan Indonesia sebesar US$8,22 miliar.

Sementara investasi di sektor industri pun terhitung terus meningkat naik sejak tahun 2020 dan pada periode Januari–Juni 2021 kemarin tercatat sebesar Rp167,1 triliun atau naik 29 persen dibandingkan dengan periode yang sama pada 2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper