Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur Asean Makin Terkontraksi di Tengah Gelombang Pandemi

PMI utama tenggelam ke level terendah dalam 13 bulan di angka 44,6 pada Juli, jauh lebih jauh ke wilayah kontraksi daripada angka Juni 49,0. Selain itu, angka terbaru menandakan penurunan tercepat kelima yang tercatat, dan salah satu yang tajam secara keseluruhan.
Aktivitas di pabrik bir milik ThaiBev. Perusahaan Thailand ini berencana menggelar IPO anak usaha lini produksi bir, BeerCo Ltd dengan target US$10 miliar./Bloomberg
Aktivitas di pabrik bir milik ThaiBev. Perusahaan Thailand ini berencana menggelar IPO anak usaha lini produksi bir, BeerCo Ltd dengan target US$10 miliar./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA - Data IHS Markit Purchasing Managers’ Index (PMI) terbaru mengisyaratkan penurunan lebih lanjut dalam kondisi di seluruh sektor manufaktur Asean pada Juli.

Kebangkitan kembali kasus Covid-19 dan pengetatan aturan mendorong permintaan merosot lebih jauh, dengan produksi pabrik berkontraksi pada laju tercepat sejak Mei 2020.

PMI utama tenggelam ke level terendah dalam 13 bulan di angka 44,6 pada Juli, jauh lebih jauh ke wilayah kontraksi daripada angka Juni 49,0. Selain itu, angka terbaru menandakan penurunan tercepat kelima yang tercatat, dan salah satu yang tajam secara keseluruhan.

Lewis Cooper, Ekonom di IHS Markit, mengatakan meningkatnya kasus Covid-19 dan langkah-langkah penahanan yang lebih ketat membuat sektor manufaktur Asean jatuh lebih jauh ke wilayah kontraksi selama Juli.

"Akibatnya, produsen barang memangkas tingkat staf mereka di laju tercepat selama hampir satu tahun, meskipun ada tekanan kapasitas yang lebih kuat, sementara kepercayaan bisnis secara historis tetap lemah," katanya dalam keterangan pers, Senin (2/8/2021).

Di tujuh negara konstituen Asean, lima mengalami kondisi bisnis menurun selama bulan Juli. Tingkat paling parah dari kontraksi tercatat di Myanmar, di mana PMI utama turun delapan poin pada bulan lalu karena bisnis kembali dipaksa untuk tutup karena meningkatnya jumlah kasus virus.

Terlebih, angka pembacaan terakhir (33,5) adalah yang terendah sejak April dan menandakan penurunan cepat dalam kondisi.

Indonesia juga mengalami tingkat kontraksi yang parah pada Juli, angka PMI utama turun tajam dari 53,5 pada Juni menjadi 40,1, menunjuk ke penurunan pertama dalam kesehatan sektor ini sejak Oktober lalu, dan salah satu yang paling curam selama 13 bulan.

Sementara itu, angka utama Malaysia (40,1) sedikit berubah pada bulan tersebut dan menunjukkan penurunan bulanan kedua berturut-turut. Pada saat yang sama, Vietnam mencatat tingkat sedikit penurunan pada Juli ke angka 45,1.

Thailand adalah satu-satunya negara yang mengalami penurunan marjinal pada bulan lalu meski masih di area kontraksi sebesar 48,7. Kabar positif datang dari Filipina dan Singapura selama bulan Juli.

Di Filipina, pertumbuhan berlanjut untuk bulan kedua berturut-turut, meskipun hanya dengan kecepatan yang rendah (50,4), sementara sektor manufaktur Singapura mencatat rebound yang signifikan, dengan angka utama naik di atas angka 50,0 pada Juli menjadi 56,3, dan menandakan peningkatan paling tajam dalam kondisi manufaktur sejak Mei 2013.

“Divergensi di tingkat negara kembali terlihat, karena lima dari tujuh negara konstituen mencatat kontraksi pada Juli, yang paling besar di Myanmar, Malaysia, dan Indonesia," lanjutnya.

Secara keseluruhan, sektor manufaktur Asean mengalami penurunan tajam dalam kondisi selama bulan Juli. Output dan pesanan baru turun untuk bulan kedua berturut-turut, dengan tingkat penurunan tercepat sejak Mei 2020 dan curam secara keseluruhan.

Akibatnya, perusahaan mengurangi pembelian mereka lagi pada Juli, dengan pengurangan terbaru tercepat selama 14 bulan. Selanjutnya, persediaan praproduksi menurun lebih lanjut, meskipun pada kecepatan yang sedikit lebih lambat dari pada bulan Juni. Meskipun begitu,

kendala pasokan tetap terjadi. Waktu tunggu rata-rata untuk input diperpanjang hingga tingkat terbesar ketiga dalam catatan.

Data Juli juga menyoroti tekanan kapasitas baru karena jaminan simpanan naik pada tingkat tercepat kedua dalam catatan. Meskipun demikian, perusahaan terus memangkas tingkat kepegawaian mereka pada Juli.

Dari sisi harga, tekanan inflasi masih cukup besar. Biaya naik dengan cepat pada Juli, meskipun tingkat inflasi paling lambat selama lima bulan, sementara biaya rata-rata meningkat selama sembilan bulan berturut-turut dan secara keseluruhan sedang.

"Data PMI terbaru menunjukkan bahwa produsen kemungkinan akan menghadapi lebih banyak tantangan dalam beberapa bulan mendatang. Langkah-langkah penahanan sekali lagi menahan permintaan, dan sampai pulih, sepertinya sektor ini tidak akan mencatat rebound yang signifikan," ujarnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Reni Lestari
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper