Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PPKM Berlarut-larut, Pertumbuhan Ekonomi 2021 Terancam Minus

Jika penanganan pandemi dan pembatasan sosial terus berjalan secara berlarut-larut, Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menilai kontraksi ekonomi berisiko bisa lebih dalam dan kembali membawa Indonesia ke kondisi resesi.
Kendaraan melintas di tempat penyekatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/7/2021). Pemerintah masih mempertimbangkan rencana perpanjangan masa PPKM darurat Jawa-Bali yang akan berakhir pada Selasa (20/7/2021). /Antara Foto-Rivan Awal Lingga-hp.
Kendaraan melintas di tempat penyekatan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Senin (19/7/2021). Pemerintah masih mempertimbangkan rencana perpanjangan masa PPKM darurat Jawa-Bali yang akan berakhir pada Selasa (20/7/2021). /Antara Foto-Rivan Awal Lingga-hp.

Bisnis.com, JAKARTA – Direktur Center of Law and Economic Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menyebut pembatasan mobilitas masyarakat akibat kenaikan kasus Covid-19 tidak hanya dapat menurunkan proyeksi ekonomi lebih rendah, namun dapat memprediksi terjadinya resesi.

Sebelumnya, berbagai lembaga internasional memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia. International Monetary Fund (IMF) baru saja memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi 2021 menjadi 3,9 persen. Sebelumnya, pada April lalu, IMF memprediksi ekonomi Indonesia dapat tumbuh sebesar 4,3 persen.

Menurut Bhima, jika penanganan pandemi dan pembatasan sosial terus berjalan secara berlarut-larut, maka kontraksi ekonomi diperkirakan bisa lebih dalam dan kembali membawa Indonesia ke resesi.

“Dengan tekanan mobilitas akibat pandemi dan pembatasan sosial maka bukan hanya ekonomi diproyeksi tumbuh 3.9 persen, tapi ekonomi bisa diproyeksi tumbuh dikisaran -0.5 persen sampai dengan 2 persen,” jelas Bhima kepada Bisnis, Kamis (29/7/2021).

Dia mengatakan prediksi tersebut mempertimbangkan faktor downside risk akibat lambannya pemulihan ekonomi akibat kenaikan kasus Covid-19 yang dipicu oleh varian Delta. Maka itu, dia tidak menutup kemungkinan terburuk masih akan terjadi yaitu resesi.

Bhima menyebut pemulihan ekonomi sangat bergantung pada di antaranya kecepatan vaksinasi serta kecepatan realisasi anggaran belanja pemerintah di paruh kedua 2021.

“Waktu tidak banyak, jika PPKM berlanjut di kuartal ke IV tentu seluruh variabel ekonomi akan melemah khususnya konsumsi rumah tangga dan investasi,” tuturnya.

Daya beli masyarakat, kata Bhima, diperkirakan dapat kembali tertekan setelah terdapat pemulihan semu di semester I/2021. Sementara, kelas menengah dan atas memutuskan untuk menunda belanja akibat pembatasan mobilitas.

Meskipun terdapat peluang di sisi ekspor yang didorong oleh naiknya permintaan dari negara-negara seperti China dan Amerika Serikat (AS), Bhima memperkirakan outlook perekonomian global tidak akan setinggi dari perkiraan awal. Hal itu merupakan dampak dari varian Delta yang menjadi penghambat di negara tujuan ekspor utama Indonesia.

“Tidak sedikit negara yang kembali lakukan lockdown karena ganasnya varian Delta. Ini turut berpengaruh ke motor pertumbuhan yang berasal dari ekspor serta industri manufaktur,” pungkas Bhima.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Dany Saputra
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper