Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Lifting Migas Indonesia Diproyeksi Melorot Lagi Tahun ini

Pandemi Covid-19 telah membuat kegiatan di lapangan menjadi tidak optimal karena adanya pengurangan orang.
Kilas minyak lepas pantai
Kilas minyak lepas pantai

Bisnis.com, JAKARTA – Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi memproyeksikan kinerja produksi minyak dan gas bumi tahun ini masih dibayangi tekanan dari pandemi Covid-19 yang membuat kegiatan operasional masih belum maksimal.

Sepanjang semester I/2021, SKK Migas mencatat realisasi capaian produksi siap jual atau lifting migas mencapai rata-rata 1,63 juta barel minyak ekuivalen per hari (BOEPD) atau baru mencapai 95,6 persen dari target APBN 2021 sebesar 1,71 BOEPD.

Adapun, perinciannya adalah lifting minyak mencapai sebesar 667.000 barel minyak per hari (BOPD) atau 95 persen dari target APBN 2021, yakni sebesar 705.000 BOPD. Sebaliknya, lifting gas sebesar 5.430 MMSCFD dari target APBN sebesar 5.638 MMSCFD atau tercapai 96,3 persen.

Kepala SKK Migas menyatakan sepanjang semester I/2021, industri hulu migas mendapatkan hantaman yang cukup banyak. Memasuki awal tahun, industri hulu migas telah memulai dengan capaian yang rendah dengan pengurangan produksi sebesar 19.500 BOPD.

Dwi memaparkan kejadian unplanned shutdown di sejumlah wilayah kerja membuat adanya pengurangan produksi sebesar 4.000 BOPD dan adanya penundaan pengeboran dan hasil bor yang mengurangi produksi sebesar 5.000 BOPD.

Ke depannya akan terjadi penambahan produksi dari kegiatan penambahan pengeboran dan work over sebesar 1.700 BOPD, kegiatan debottlenecking dan penerapan teknologi produksi menambah produksi 1.400 BOPD, serta kegiatan pengurasan stok telah menambah 1.800 BOPD.

"Outlook bisa 680.000 barel oil per hari, gas dari yang ditargetkan 5.600 MMscfd, usulan KKKS 5.100 MMscfd dan usulan bisa 5.108 WP&B dan karena ada low entry point maka diproyeksikan mencapai 5.529 MMscfd," jelasnya.

Dwi menambahkan kendala-kendala yang terjadi sepanjang tahun ini akibat adanya dampak Covid-19. Untuk operasional, pandemi Covid-19 telah membuat kegiatan di lapangan menjadi tidak optimal karena adanya pengurangan orang.

Dari sisi keuangan, harga minyak yang sempat jatuh pada tahun lalu telah membuat arus kas kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) menjadi terganggu sehingga kegiatan investasi menjadi tersendat.

"Kita membutuhkan waktu karena kontraktor juga melihat-melihat sejauh mana dampak terhadap pandemi yang saat ini malah lagi membeludak," ungkapnya.

Deputi Operasi SKK Migas Julius Wiratno mengatakan berkurangnya mobilisasi orang dan peralatan selama pandemi Covid-19 masih dirasakan sektor hulu migas yang pada akhirnya berdampak terhadap kegiatan operasional.

Dia mengungkapkan sepanjang tahun ini kegiatan operasional masih dinilai cukup menantang. Hal itu tentunya akan mempengaruhi long term program (LTP) yang telah ditetapkan SKK Migas.

"Korelasinya terhadap LTP akan terjadi koreksi, kita setting term and condition dari tahun ini untuk menanjak di tahun depan, tapi nyatanya kita akan turun 3-4 persen perkiraan," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper