Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rombak BUMN, Jonan Curhat Soal Proses dan Tantangan Pimpin KAI

Menurut Ignasius Jonan, satu hal yang paling penting dalam melakukan transformasi digital dalam tubuh perusahaan adalah mengubah kultur.
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia 2009-2014 Ignasius Jonan (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Leadership In Digital Era di Jakarta, Sabtu (19/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia 2009-2014 Ignasius Jonan (dalam layar) memberikan pemaparan dalam webinar Leadership In Digital Era di Jakarta, Sabtu (19/7/2021). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Digitalisasi dan perubahan besar yang terjadi di tubuh PT Kereta Api Indonesia (persero) atau KAI saat ini tidak bisa lepas dari sosok mantan Direktur Utama pada periode 2009-2014, Ignasius Jonan.

Saat menjadi orang nomor satu di KAI, Jonan menceritakan bagaimana tantangan mengubah kultur dalam organisasinya menuju proses digitalisasi. Salah satunya, kata dia, adalah dalam mengatur supaya tidak ada lagi calo di KAI. Menurutnya, hal tersebut hanya bisa dicapai lewat digitalisasi.

Salah satunya, kata dia, dengan menciptakan agar masyarakat bisa memesan tiket secara mandiri baik di ponsel pintar maupun membelinya di gerai alfamart atau indomart. Kedua terkait dengan tingkat ketepatan waktu. Kereta Api saat ini tidak boleh lebih dari 30 detik baik saat berangkat maupun tiba.

Hal itu, tekannya, bisa dilakukan kalau ada digitalisasi dalam sistem operasinya. Caranya, dengan memasang GPS di setiap lokomotif untuk mengetahui lokasi dan melakukan komunikasi di antara pihak yang berada di ruang kontrol operasi.

“Dua hal besar itu yang utama karena masyarakat kalau mau naik transportasi maunya ya beli tiketnya mudah dan datangnya tepat waktu. Yang lainnya adalah soal layanan, keselamatan, dan sebagainya,” ujarnya, dalam webinar Leadership in Digital Era yang diselenggarakan oleh PPM School of Management, Sabtu (17/7/2021).

Jonan berpendapat digitalisasi ini sering kali tidak membuahkan hasil atau gagal karena kulturnya tidak dipersiapkan dengan baik. Digitalisasi diakuinya berdampak kepada banyak hal selain kultur juga stabilitas organisasi, peranan setiap organisasi, dan stakeholder terkait.

“Digitalisasi di kereta api waktu itu lebih kepada sistem logistik daripada material. Nggak banyak materialnya, sarana dan prasarana hanya 6.000 sampai 7.000 item. Tapi nggak mungkin semuanya manual karena berantakan jadinya. Ini yang penting. Mengubah kultur supaya siap menerima digitalisasi,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper