Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WTO: Perdagangan Multilateral Menguat Selama Pandemi

Laporan Pemantauan Perdagangan WTO ke-25 tentang langkah-langkah perdagangan G20 disusun berdasarkan tinjauan antara pertengahan Oktober 2020 hingga pertengahan Mei 2021.
Kantor Pusat World Trade Organization (WTO) di Genewa Swiss. Foto: Google Maps
Kantor Pusat World Trade Organization (WTO) di Genewa Swiss. Foto: Google Maps

Bisnis.com, JAKARTA - Perdagangan menjadi kekuatan penting yang mendorong pemulihan dunia dari pandemi, sekaligus memungkinkan akses terhadap pasokan medis. Laporan terbaru Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyebutkan bahwa koordinasi dan kerja sama antarnegara semakin erat selama pandemi, meski masih ada sejumlah pekerjaan rumah.

Laporan Pemantauan Perdagangan WTO ke-25 tentang langkah-langkah perdagangan G20 disusun berdasarkan tinjauan antara pertengahan Oktober 2020 hingga pertengahan Mei 2021.

Direktur Jenderal WTO Ngozi Okonjo-Iweala mengatakan sistem perdagangan multilateral telah kembali membuktikan nilainya. Seperti yang terjadi selama krisis keuangan global lebih dari satu dekade lalu, sistem tersebut telah menjadi benteng yang kokoh dan efektif melawan segala percepatan proteksionisme saat dunia menghadapi krisis ekonomi dan kesehatan terburuk dalam beberapa generasi.

"Saat dunia berjuang untuk mengatasi dampak besar manusia, ekonomi dan sosial dari pandemi, kita tidak boleh berpuas diri. Pemulihan perdagangan tidak akan berkelanjutan kecuali ekuitas vaksin terjamin," kata Okonjo-Iweala, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (29/6/2021).

Laporan tersebut menunjukkan bahwa meskipun nilai perdagangan barang global menyusut lebih dari 8 persen pada 2020, ekspor-impor pasokan medis meningkat 16 persen, dan alat pelindung diri (APD) naik sebesar 50 persen. Sistem multilateral memainkan peran sentral dalam perkembangan itu.

Dalam hal jumlah, ekonomi G20 menerapkan 140 tindakan perdagangan sejak dimulainya pandemi. Sevanyak 101 (72 persen) bersifat memfasilitasi perdagangan, dan 39 (28 persen) merupakan pembatasan.

Di antara 101 langkah-langkah fasilitasi perdagangan, 60 persen merupakan pengurangan atau penghapuran tarif dan pajak impor. Adapun, pada 39 upaya pembatasan, 90 persen ialah larangan ekspor.

Negara-negara G20 tertentu mengurangi tarif untuk berbagai barang seperti APD, pembersih, disinfektan, peralatan medis dan obat-obatan. Selama periode peninjauan, tiga negara untuk sementara menghapus tarif impor pada vaksin Covid-19, melengkapi anggota G20 yang menerapkan tarif nol pada sektor ini menjadi 10.

Perekonomian G20 juga terus mencabut langkah-langkah yang diterapkan sebagai tanggapan terhadap pandemi. Pada pertengahan Mei 2021, sekitar 22 persen dari langkah-langkah fasilitasi perdagangan Covid-19 dan 49 persen dari upaya pembatasan telah dihentikan.

Cakupan perdagangan langkah-langkah fasilitasi perdagangan terkait Covid-19 yang diterapkan sejak awal pandemi diperkirakan mencapai US$215,7 miliar, sedangkan tindakan pembatasan perdagangan terkait COVID-19 mencapai US$135,7 miliar.

Menurut perkiraan awal oleh Sekretariat WTO, cakupan tindakan pembatasan perdagangan yang masih berlaku (US$ 98,8 miliar) sedikit lebih tinggi daripada yang memfasilitasi perdagangan (US$ 96,5 miliar). Hal itu menunjukkan bahwa dalam hal cakupan perdagangan, pencabutan fasilitasi perdagangan lebih cepat daripada langkah pembatasan.

Okonjo-Iweala memperingatkan, sementara temuan laporan menunjukkan tindakan pembatasan perdagangan turun, ekonomi G20 memiliki lebih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan aliran bebas input dan pasokan medis yang penting untuk menyelamatkan nyawa.

Covid-19 terus menjadi ancaman serius bagi ekonomi global dan kesehatan masyarakat. Lambatnya produksi vaksin dan distribusinya yang tidak merata, berkontribusi terhadap kesenjangan akses yang signifikan di seluruh negara, terutama untuk negara berkembang dan berpenghasilan rendah, yang berjuang untuk mendapatkan dosis yang cukup untuk menyuntik lebih dari sebagian kecil populasi mereka.

Pembatasan perdagangan, lanjutnya, menghambat upaya dunia untuk meningkatkan produksi, khususnya di negara berkembang, dan memastikan distribusi vaksin yang adil.

"Kebijakan vaksin adalah kebijakan perdagangan dan kita harus melakukan segala yang kita bisa untuk mencegah munculnya kembali pandemi, yang secara signifikan akan membahayakan pemulihan ekonomi global. Pada saat ini, kepemimpinan G20 akan menjadi sangat penting dalam mendukung kembalinya pertumbuhan yang kuat, berkelanjutan, dan inklusif," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper