Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bahan Makanan Topang Penjualan, Transmart Getol Tawarkan Promosi

Transmart secara khusus membidik segmen masyarakat dengan pola belanja bulanan yang secara volume dan nilai terbilang tinggi meski frekuensinya terbatas.
Ilustrasi/PYMNT
Ilustrasi/PYMNT

Bisnis.com, JAKARTA — Perusahaan ritel menyiapkan strategi promosi agar tetap bisa menggaet belanja produk kebutuhan makanan (grocery products). Kelompok barang ini memang menjadi pendorong penjualan utama di tengah lesunya bisnis ritel modern saat pandemi.

“Untuk penjualan memang penjualan grocery masih menjadi pendorong utama. Inilah kelompok produk yang masih baik permintaannya,” kata Vice President Corporate Communication PT Trans Retail Indonesia Satria Hamid, Senin (7/6/2021).

Hal ini pulalah yang menjadi alasan perusahaan ikut terjun dalam upaya peningkatan kapasitas dan kualitas dalam penjualan bahan makanan.

Satria meyakini bahwa porsi penjualan bahan makanan di ritel modern bisa meningkat jika dibandingkan dengan belanja melalui kanal tradisional. Terlebih Transmart secara khusus membidik segmen masyarakat dengan pola belanja bulanan yang secara volume dan nilai terbilang tinggi meski frekuensinya terbatas.

“Kami optimistis pangsa belanja grocery di ritel modern bisa meningkat. Kami mengharapkan kebijakan pemerintah juga mendukung peritel untuk tumbuh karena memang driver pertumbuhan utama ada di grocery. Dan segmen pasar kita memang ke masyarakat yang belanjanya bulanan, ini pasar utama untuk supermarket dan hypermarket,” kata dia.

Dalam menghadapi persaingan dalam menjangkau konsumen di pangsa pasar yang kecil, Satria mengatakan bahwa Transmart terus berupaya menyediakan layanan dan promosi untuk mengakomodasi kebutuhan konsumen, di antaranya melalui promosi tematik yang diperbarui setiap pekan dan terus mendorong konsumen memanfaatkan kanal penjualan daring yang dikelola perusahaan.

Sevara terpisah, pengamat masalah ritel sekaligus Staf Ahli Hippindo Yongky Susilo mengatakan bahwa penjualan ritel produk bahan makanan cenderung tumbuh satu digit sejak 2015 setelah pada tahun-tahun sebelumnya tumbuh dua digit setiap tahun di kisaran 11 sampai 15 persen.

Perlambatan pertumbuhan terjadi akibat penurunan ekonomi pada 2011 yang diikuti dengan pelemahan harga komoditas dan depresiasi rupiah pada 2013 dan 2014.

“Jadi, memang karena situasi perekonomian. Ke depannya tidak bisa tumbuh di atas 5 persen. Terlebih untuk format-format yang menjual grocery seperti hypermarket tumbuh negatif dalam 7 tahun terakhir,” kata Yongky.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper