Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

RI Ingin Pacu Ekspor ke Eurasia, Eksportir Keluhkan Angkutan

Ada hambatan konektivitas yang mungkin dihadapi Indonesia jika menjalin hubungan perdagangan dengan Armenia, Kazakhstan, dan Kirgistan yang tidak memiliki pelabuhan dan terkurung daratan (landlocked).
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Suasana bongkar muat peti kemas di Jakarta International Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (8/1/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Eksportir ban mengemukakan kendala terbesar dalam menembus pasar negara-negara Uni Ekonomi Eurasia adalah ketersediaan transportasi pengangkut yang memungkinkan terjadinya dua arah. Ekspor ke kawasan tersebut kerap sulit terealisasi akibat minimnya muatan balik.

“Kalau mau ekspor ke sana tidak ada kapal dan layanan pengangkut enggan berangkat jika tidak ada angkutan balasan dari sana,” kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ban Indonesia (APBI) Azis Pane, Minggu (6/6/2021).

Karena itu, Azis berharap pemerintah dapat mulai mengaktivasi layanan angkutan nasional yang mendukung ekspor produk-produk Indonesia ke berbagai negara, termasuk ke mitra nontradisional dengan volume perdagangan yang masih terbatas.

“Jadi kita ekspor tidak tergantung dengan kapal negara lain, melainkan kapal kita sendiri. Dan saat sampai di negara tujuan mereka juga bisa menjalin kerja sama dengan atase perdagangan untuk mencari barang yang bisa dikirim balik ke Indonesia,” lanjutnya.

Permasalahan logistik dalam perdagangan dengan mitra nontradisional ini sempat disinggung oleh ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal. 

Dia mengatakan terdapat hambatan konektivitas yang mungkin dihadapi Indonesia jika menjalin hubungan perdagangan dengan Armenia, Kazakhstan, dan Kirgistan yang tidak memiliki pelabuhan dan terkurung daratan (landlocked). Berbeda dengan mitra tradisional, rute perdagangan pun tidak memanfaatkan rute langsung dan cenderung kurang efisien.

“Dengan negara-negara ini tidak ada jalur point-to-point, harus melalui negara lain. Dalam perundingan perlu dibahas juga bagaimana terbentuk jalur logistik yang efisien dan ini memang tantangan dengan banyak negara nontradisional,” kata Faisal.

Mayoritas perdagangan Indonesia dengan negara-negara EAEU sendiri terjalin lewat relasi dengan Rusia dan Belarusia. Pada 2020 misalnya, impor terbesar disumbang lewat masuknya produk dari Rusia dengan nilai US$957,88 juta, dari Belarusia 158,17 juta, dan dari Kazakhstan senilai US$130,08 juta.

Sementara itu, ekspor produk karet dan turunannya ke negara EAEU tercatat mengalami kenaikan dari 19.652 ton pada 2019 menjadi 27.772 ton pada 2020. Sebagian besar ekspor karet dan turunannya masuk ke Rusia dengan volume 27.548 ton dan nilai US$44,50 juta pada 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper