Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indeks Harga Pangan Dunia Stabil Tinggi, Ekonom Sebut Perlu Kajian Lebih Lanjut

Kenaikan tersebut sekaligus menempatkan indeks harga pangan dunia pada posisi tertingginya sejak September 2011.
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis
Kebutuhan pokok di pasar tradisional./Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga pangan dunia yang melanjutkan tren kenaikan sejak tahun lalu dan berada di atas level 100 dalam 8 bulan terakhir dinilai tidak bisa langsung menjadi indikasi adanya ancaman krisis pangan. Kondisi ketersediaan pangan tidak bisa dilihat secara agregat dan harus ditelusuri per komoditas.

Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) dalam indeks harga pangan (FFPI) bulanan yang dirilis pada 3 Juni menunjukkan lonjakan signifikan indeks untuk pertama kalinya terjadi sejak Oktober 2010. FFPI naik 4,8 persen dari 121,3 pada April menjadi 127,1 pada Mei 2021.

Kenaikan tersebut sekaligus menempatkan indeks harga pangan dunia pada posisi tertingginya sejak September 2011. Indeks ini juga hanya 7,6 persen lebih rendah dibandingkan dengan rekor tertinggi sebesar 137,6 poin yang tercatat pada Februari 2011.

Pertumbuhan signifikan yang terjadi pada Mei dipicu oleh lonjakan harga minyak nabati yang naik 7,8 persen secara bulanan. Indeks untuk sereal dan gula menyusul sebagai penyumbang kenaikan terbesar, masing-masing di angka 6,0 dan 6,8 persen secara bulanan.

Wakil Menteri Perdagangan periode 2011–2014 sekaligus ekonom pertanian dari IPB University Bayu Krisnamurthi berpandangan angka pada indeks pangan FAO tidak bisa langsung menjadi kesimpulan bahwa pasokan dan permintaan pangan dunia dalam kondisi yang ketat.

“Ekonomi dunia belum pulih. Logikanya permintaan belum pulih sepenuhnya dan umumnya produksi normal meskipun ada beberapa negara yang di bawah normal,” kata Bayu, Jumat (4/6/2021).

Dia tidak memungkiri jika beberapa komoditas mengalami lonjakan harga yang signifikan akibat faktor fundamental pasokan dan permintaan. Tetapi, dia menyoroti pula situasi pasokan dan permintaan komoditas lain yang dalam situasi terjaga.

“Melihat data FFPI harus dilengkapi dengan penelaahan info lebih terperinci per komoditas. Misalnya kenaikan tinggi pada kedelai dan minyak sawit bisa mengakibatkan kenaikan pada indeks meski komoditas lainnya tidak terlalu tinggi,” lanjutnya.

Situasi ini setidaknya terlihat pada lonjakan indeks komoditas serealia yang banyak disumbang oleh harga jagung. Indeks jagung tercatat naik 8,8 persen secara bulanan seiring dengan turunnya prospek produksi di Brasil dan berlanjutnya permintaan yang kuat dari importir.

Sementara itu, indeks untuk jelai dan sorgum naik 5,4 dan 3,6 persen secara bulanan. Indeks harga gandum naik 6,8 persen secara bulanan dan memperlihatkan tren penurunan akibat naiknya produksi pada akhir Mei, sedangkan indeks beras cenderung stabil.

Ekonom senior FAO Abdolreza Abbassian mengatakan kenaikan harga komoditas pangan dalam setahun terakhir tidak lepas dari menguatnya permintaan di China dan stok pangan dunia yang relatif tak banyak memperlihatkan perubahan untuk bulan-bulan mendatang.

Dia mengatakan kondisi musim panas tahun ini akan menentukan apakah panen di benua Amerika dan Eropa bisa menutupi kekurangan pasokan di kawasan lain.

“Situasi kita saat ini berbeda dengan krisis 2008 sampai 2010 ketika ketersediaan [pangan] sangat rendah dan banyak hal lain terjadi. Namun bisa dibilang situasi saat ini ada di perbatasan. Kita perlu memantau perbatasan ini dengan ketat, terutama dalam beberapa minggu ke depan. Cuaca bisa menjadi pemicu masalah besar bagi kondisi pangan,” kata Abbassian dikutip dari Bloomberg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper