Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Giant Tutup Gerai, Ini Penyebab Bisnis Hypermarket Tak Bisa Lama

Penutupan seluruh gerai yang dilakukan oleh Giant menjadi penguat argumen bahwa bisnis hypermarket tidak bisa tahan lama di Indonesia.
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya
Konsumen memilih barang kebutuhan di salah satu gerai supermarket Giant di Jakarta, Minggu (23/6/2019)./Bisnis-Triawanda Tirta Aditya

Bisnis.com, JAKARTA - Perilaku konsumen selaku pendorong utama belanja ritel menjadi penyebab utama toko berformat hypermarket tak memiliki usia lama di Indonesia. Perubahan perilaku konsumen juga tidak diiringi dengan revolusi toko berformat besar sehingga penutupan gerai seperti Giant menjadi hal yang lumrah ditemui.

“Format big box sudah dua dekade tidak berevolusi. Isinya hanya perang harga saja. Di luar penjualan produk grocery, pengelola kurang pandai untuk membuat pengalaman belanja lebih menarik,” kata Pengamat Ritel sekaligus Staf Ahli Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Yongky Susilo, Selasa (25/5/2021).

Dia mencatat format hypermarket telah menderita pertumbuhan negatif dalam tujuh tahun terakhir. Menurut Yongky, hal ini tak lepas dari preferensi konsumen kelas menengah atas yang tak lagi ingin membuang banyak waktu untuk berbelanja kebutuhan sehari-hari.

“Masyarakat menengah ke atas arahnya ke belanja gaya. Makanya yang lebih naik daun format supermarket seperti grup Ranch Market, Foodhall, Grand Lucky dan sebagainya. Format memang perlu diperkecil jika di kota-kota besar,” paparnya.

Meski demikian, Yongky tetap berpandangan format hypermarket tetap memiliki peluang, terutama di kota-kota secondary dan tertiary dengan masyarakat kelas menengah yang masih tertarik dengan konsep toko besar. Sementara untuk di kota-kota besar, pelaku usaha harus bisa memberikan pengalaman berbelanja yang berbeda.

Berkaitan dengan keputusan Hero Group untuk mengalihkan bekas gerai-gerai Giant menjadi IKEA atau Hero Supermarket, Yongky memberi catatan khusus soal lokasi.

Hero Supermarket dinilainya punya kesempatan besar karena target pasarnya adalah masyarakat menengah ke atas. Karena itu, perseroan dapat memilih lokasi di area masyarakat menengah ke atas dan harus mampu bersaing dengan format supermarket yang mereknya sedang naik daun.

“Untuk Hero Supermarket harus hati-hati dengan lokasi. Jika lokasi bekas Giant di area dengan masyarakat mayoritas menengah ke bawah, tentu tidak bisa. Sementara untuk IKEA, perlu studi daya beli. Kalau terlalu rendah, masyarakat hanya datang untuk jalan-jalan di dalam toko,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper