Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Optimis Kuartal II/2021 Positif, Ini Sebabnya

Sebelumnya, optimisme di suarakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kuartal I/2021 akan menjadi kuartal terakhir bagi industri pengolahan nonmigas mengalami kontraksi.
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah
Petugas beraktivitas di pabrik pembuatan baja Kawasan Industri Cikarang, Kabupaten Bekasi, Jawa Barat, Jumat (4/10/2019). ANTARA FOTO/Fakhri Hermansyah

Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan dunia usaha optimistis kuartal II/2021 sektor manufaktur akan bangkit dari kontraksi dan mulai mencatatkan pertumbuhan positif.

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan industri pengolahan nonmigas kuartal I/2021 minus 0,71 persen. Namun secara kuartalan, angka itu sudah menunjukkan perbaikan dari kuartal IV/2020 yang minus 2,22 persen.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dengan berbagai indikasi yang telah ada saat ini manufaktur akan bergerak lebih baik.

Salah satunya PMI April yang menunjukkan level ekspansif di posisi 54,6 dan diproyeksi akan berlanjut pada Mei karena merupakan periode konsumsi tinggi masyarakat dengan adanya Ramadan dan Lebaran.

"Kami optimis dan sepakat dengan proyeksi kuartal II/2021 industri akan mulai tumbuh positif," katanya kepada Bisnis, Minggu (23/5/2021).

Saat ini, Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia juga tengah memprioritaskan sektor manufaktur sebagai penerima vaksin pada tahap awal program Gotong Royong. Selain itu, pekerja di kawasan Jabodetabek juga akan menjadi prioritas berdasarkan zonasi penyebaran Covid-19.

Sebelumnya, optimisme di suarakan Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyebut kuartal I/2021 akan menjadi kuartal terakhir bagi industri pengolahan non-migas mengalami kontraksi.

Sebelumnya, Kepala Ekonom BCA David Sumual memperkirakan surplus neraca perdagangan Indonesia pada April 2021 akan mengalami penyusutan menjadi US$660 juta, dari bulan sebelumnya sebesar US$1,57 miliar. David mengatakan, penyusutan neraca dagang tersebut disebabkan oleh kinerja impor yang lebih tinggi dari ekspor pada April 2021.

Menurutnya, impor secara tahunan (year-on-year/yoy) akan tumbuh sebesar 33,6 persen, sementara secara bulanan meningkat sebesar 6 persen. Pertumbuhan tersebut didorong oleh aktivitas impor bahan baku nonmigas yang relatif tinggi.

Hal ini tercermin dari pertumbuhan sebelumnya, yang mana tercatat tumbuh hingga 37 persen hingga Maret 2021. David mengatakan, peningkatan impor, terutama untuk bahan baku, merupakan pertanda baik bagi aktivitas perekonomian domestik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Ipak Ayu
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper