Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penyebab Harga Gula di Indonesia Timur Masih Tinggi

Asosiasi Gula Indonesia menjelaskan penyebab harga produk olahan tebu tersebut masih tinggi dibandingkan dengan rata-rata nasional kendati pemerintah sudah melakukan impor.
Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub-Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/4/2020). ANTARA
Pekerja menyiapkan gula pasir untuk disalurkan ke operasi pasar dan penyaluran Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) di Gudang Perum Bulog Sub-Divisi Regional Tangerang, Kota Tangerang, Banten, Jumat (3/4/2020). ANTARA

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonesia (AGI) Budi Hidayat mengemukakan harga gula yang relatif tinggi di atas harga rata-rata nasional di Indonesia bagian timur tidak lepas faktor logistik yang mengiringi distribusi komoditas tersebut.

“Untuk Indonesia timur yang perlu dicermati dari GKP [gula kristal putih] impor adalah di mana lokasi pelabuhan bongkarnya, apakah distribusi sudah menjangkau ke sana,” kata Budi, Rabu (19/5/2021).

Budi berpendapat situasi pandemi bisa turut memengaruhi biaya pengiriman, termasuk lama pengiriman dari pelabuhan kedatangan ke lokasi penjualan.

Data Kementerian Perdagangan per 11 Mei 2021 menunjukkan bahwa realisasi impor GKP siap konsumsi telah mencapai 100 persen dari alokasi 150.000 ton. Dari jumlah tersebut, PT Rajawali Nusantara Indonesia yang mendapat alokasi impor sebesar 75.000 ton melaporkan telah mendistribusikan 9.510 ton.

Adapun dalam laporan perusahaan di hadapan DPR RI pada 19 Mei 2021, distribusi diklaim telah terlaksana seluruhnya. Importasi sendiri dilakukan perusahaan melalui tiga pelabuhan yakni Belawan di Medan, Tanjung Priok di Jakarta, dan Tanjung Perak di Surabaya.

“Kalau masuknya lewat Surabaya tentu memerlukan waktu lagi untuk distribusi ke timur. Berapa waktu yang diperlukan? Berapa biayanya?” lanjut Budi.

Selain GKP impor siap konsumsi, pemerintah tercatat juga mengeluarkan alokasi impor gula mentah untuk pabrik gula swasta dan BUMN yang bakal diolah menjadi gula konsumsi. Realisasi impor telah mencapai 617.000 ton atau 90,74 persen dari alokasi yang diberikan. Dari jumlah tersebut, sebanyak 416.883 telah diproduksi sebagai GKP, tetapi volume yang baru disalurkan berada di angka 322.157 ton.

“Untuk gula yang belum terdistribusi, jika itu adalah gula mentah untuk konsumsi, tentunya akan menambah stok GKP yang ada di pasar. Kalau jumlahnya signifikan bisa memengaruhi harga jual GKP,” katanya.

Harga rata-rata gula nasional menurut data Kementerian Perdagangan berada di level Rp13.100 per kilogram. Paritas harga gula nasional dibandingkan harga gula impor sendiri mencapai Rp9.291 per kg atau naik 1,34 persen dibandingkan dengan paritas pada April 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper