Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Astaga! Harga Rumah China Naik Tak Terkendali

Biro Statistik Nasional China menyatakan harga rumah baru di 70 kota, tidak termasuk perumahan bersubsidi negara, naik 0,48 persen bulan lalu dari Maret, ketika naik 0,41 persen.
Residensial dan perkantoran di Beijing, China, dalam foto file 10 Januari 2017./Reuters/Jason Lee
Residensial dan perkantoran di Beijing, China, dalam foto file 10 Januari 2017./Reuters/Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA - Harga rumah China tumbuh pada laju tercepat dalam delapan bulan pada April setelah pembatasan gagal membendung antusiasme pembeli.

Dilansir Bloomberg, Senin (17/5/2021), Biro Statistik Nasional menyatakan harga rumah baru di 70 kota, tidak termasuk perumahan bersubsidi negara, naik 0,48 persen bulan lalu dari Maret, ketika naik 0,41 persen.

Nilai di pasar sekunder, yang menghadapi lebih sedikit intervensi pemerintah, naik 0,4 persen, kecepatan yang sama seperti bulan sebelumnya.

Euforia pembeli terus berlanjut, dengan investor menggunakan real estat sebagai lindung nilai terhadap inflasi global. Itu mendorong pihak berwenang untuk mengeluarkan pernyataan yang dirancang untuk mendinginkan ekspektasi harga.

Penjualan residensial year-to-date telah meningkat lebih dari dua kali lipat dari periode yang sama pada 2019 di kota-kota termasuk Shenzhen, Shanghai, Hangzhou dan Nanjing, menurut China Real Estate Information Corp.

Presiden Xi Jinping pada akhir April lalu mengulangi mantranya bahwa rumah adalah untuk ditinggali, bukan untuk spekulasi, ketika memimpin pertemuan 25 anggota Politbiro China, badan tertinggi Partai Komunis.

Minggu lalu, pembuat kebijakan mengisyaratkan mereka mungkin menghidupkan kembali upaya untuk memperkenalkan pajak real estat nasional yang telah lama tertunda melalui uji coba.

"Pasar dalam negeri tetap tidak terkendali, semakin lebar pembatasan, semakin tangguh pasar," kata Yang Kewei, Direktur Riset di Informasi Real Estat China.

"Itulah mengapa uji coba retribusi kepemilikan rumah mungkin datang lebih cepat dari yang diharapkan, sebagai unjuk kekuatan kebijakan yang lebih kuat," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper