Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Coklat, Lipstik dan Sabun di Dunia Bakal Naik Gara-Gara CPO

Meroketnya harga minyak kelapa sawit (CPO) dikhawatirkan turut mengerek harga produk makanan dan kosmetika.
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin
Salah satu fasilitas produksi industri makanan. Istimewa/ Kemenperin

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak kelapa sawit yang meroket baru-baru ini, dikhawatirkan bakal berdampak pada kenaikan biaya produksi sejumlah produk makanan. Kekhawatiran itu mulai dialami oleh pengusaha restoran hingga produsen bahan pangan dan pabrik kosmetik. 

Melansir Bloomberg, Rabu (12/5/2021), fenomena yang dinilai berpotensi mengubah pola konsumsi konsumen tersebut dialami oleh sejumlah produk makanan seperti cokelat, kue kering, serta sabun, lipstik, dan produk kecantikan lain. Seperti diketahui, CPO dan produk turunannya menjadi salah satu bahan baku produk makanan dan kosmetika.

Adapun, harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) melonjak lebih dari 120 persen pada tahun lalu dan menembus rekor senilai US$1.091 per ton pada Rabu (12/5/2021).

Head of Trading and Hedging Strategies at Kaleesuwari Intercontinental Gnanasekar Thiagarajan menilai kenaikan harga ke titik tertinggi sepanjang masa tersebut dipastikan akan memengaruhi kebiasaan konsumen.

"Konsumsi diperkirakan turun, dan jika tren kenaikan harga ini bertahan, mungkin ada perubahan dalam kebiasaan konsumsi konsumen," ujarnya seperti dikutip dari Bloomberg.

India menjadi negara importir terbesar minyak kelapa sawit, diikuti oleh China. Sementara itu, Indonesia menjadi negara produsen sekaligus konsumen terbesar di dunia untuk produk-produk minyak kelapa sawit.

Adapun, konsumsi minyak kelapa sawit di India berhadapan dengan risiko akibat penurunan permintaan dari luar negeri serta dampak dari memburuknya situasi pandemi Covid-19 di negara tersebut. 

Di sisi lain, Eropa dan Amerika Serikat berhadapan dengan hambatan dari konsumen seiring dengan adanya kekhawatiran bahwa perkebunan kelapa sawit menjadi biang keladi dari deforestasi serta merusak habitat hewan.

Di samping itu, produsen-produsen gula dan kosmetik top dunia mulai melakukan beragai upaya untuk memastikan bahwa minyak sawit yang digunakan bisa diproduksi secara berkelanjutan.

Situasi kian rumit mengingat perusahaan yang ingin beralih dari kelapa sawit ke minyak lain kemungkinan juga menemukan keterbatasan dan akan menghadapi biaya yang lebih tinggi dengan opsi apapun yang dipilih.

Sebagai gambaran, harga minyak kedelai yang paling banyak dikonsumsi naik 150 persen tahun lalu, dan harga minyak bunga matahari dari Ukraina naik lebih dari dua kali lipat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rahmad Fauzan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper