Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Real Estat Logistik Tempat Berlindung di Tengah Kegalauan Properti

Kondisi pasar properti di Asia Pasifik masih terus diliputi kegalauan dan ketidakpastian akibat pandemi Covid-19 yang berkepanjangan dan entah kapan berujung. Meski demikiian, real estat logistik dianggap sebagai "tempat berluindung" yang aman bagi pebisnis properti.
Ilustrasi kegiatan di properti logistik atau pergudangan./Reuters/Jason Lee
Ilustrasi kegiatan di properti logistik atau pergudangan./Reuters/Jason Lee

Bisnis.com, JAKARTA – Banyak pasar industri utama di Asia Pasifik bergerak ke bawah, termasuk kota-kota di China, India, Jepang, Australia, dan Selandia Baru tetapi sebaliknya pebisnis properti pengarah ke real estat logistik atau pergudangan.

Ini menggarisbawahi daya tarik yang lebih besar oleh investor terhadap aset logistik sebagai tempat berlindung yang aman di tengah kegalauan akibat pandemi Covid-19 yang sedang berlangsung, menurut konsultan properti global Colliers International.

Di Indonesia, pasar sepi pada kuartal I/2021. Tercatat hampir tidak ada transaksi yang terjadi untuk sektor perkantoran, ritel, dan industri. Pasar masih dalam situasi wait and see. Oleh karena itu, tidak ada perubahan yang dicatat untuk cap rate.

Cap rate adalah ukuran paling populer untuk menilai investasi real estat dan potensi pengembaliannya. Tingkat kapitalisasi secara sederhana merupakan hasil dari properti selama jangka waktu setahun dengan asumsi properti dibeli secara tunai, bukan dengan pinjaman.

Di Australia, semua pasar yang diteliti menunjukkan penurunan suku bunga industri karena daya tarik investor yang lebih kuat yang disebabkan oleh jangka waktu sewa yang lebih lama. Permintaan investor yang lebih kuat juga menurunkan suku bunga industri di Tokyo, Shanghai, dan Beijing. Di Auckland, tingkat kekosongan sekitar 2 persen.

Suku bunga ritel di seluruh Asia Pasifik sebagian besar tetap datar dengan beberapa pengecualian untuk Beijing, Shanghai, Mumbai, Melbourne, Sydney, dan Brisbane. Risiko pendapatan yang tinggi dari sektor ini menghambat permintaan untuk kelas aset ini.

Tarif cap rate subsektor properti perkantoran juga sebagian besar tetap datar. Namun, kota-kota di China dan India mengalami tren kenaikan suku bunga.

Ada beberapa alasan untuk ini. Di China, misalnya, pasokan baru di Beijing, ditambah dengan melemahnya permintaan, memberikan tekanan ke atas pada cap rate.

Di Bengaluru, India, kondisi pasar perkantoran juga tidak berubah karena permintaan yang lebih lemah, tetapi pengembang yang lebih kecil berusaha membatasi lowongan dan melepas aset dengan nilai modal yang didiskon.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper