Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Manufaktur di Level Ekspansi, Pemulihan Ekonomi Harus Terus Dijaga

Meski impor menunjukkan arah ekspansi, hal ini tidak terjadi pada ekspor.
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Pekerja menyelesaikan pembuatan perangkat alat elektronik rumah tangga di PT Selaras Citra Nusantara Perkasa (SCNP), Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (19/8/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Bank Indonesia mencatat Prompt Manufacturing Index Bank Indonesia (PMI-BI) masuk pada level ekspansi atau sebesar 50,01 persen pada kuartal I/2021. Tren ini harus dijaga karena tantangan yang lebih besar sedang menanti.

Kepala Ekonom BCA David Sumual mengatakan bahwa ini sejalan dengan purchasing managers index yang menembus di level 53,2 dan terus naik dalam lima bulan terakhir. Salah satu penyebabnya adalah permintaan domestik yang mulai meningkat.

“Apalagi pada kuartal II dan III tahun lalu mereka mengurangi kegiatan. Ini terlihat juga di impor bahan baku yang mulai meningkat dan kredit modal kerja yang terlihat ada peningkatan,” katanya saat dihubungi, Rabu (14/4/2021).

Meski impor menunjukkan arah ekspansi, hal ini tidak terjadi pada ekspor. David menjelaskan bahwa beberapa produk sekunder dan tersier tertentu belum terlihat ada pergerakan yang kuat.

Perkiraannya, kegiatan ekspor baru akan pulih pada kuartal III/2021 secara global. Ini disebabkan beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Eropa gencar melakukan vaksinasi sehingga kepercayaan masyarakat terbangun lebih dulu.

Dengan kontribusi sektor manufaktur yang terus menurun dalam 10 tahun terakhir, pemerintah diminta untuk memperhatikan sektor strategis. Apabila pandemi berakhir, bidang tersebut bisa membantu lajunya perputaran roda ekonomi agar lebih cepat.

Melihat kondisi yang ada saat ini, David memperkirakan pemulihan ekonomi akan terjadi. Pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) minimal 4,8 persen sangat memungkinkan apabila dibandingkan dengan 2020.

“Karena yang jadi tantangan itu adalah 2022. Setelah ekonomi normal tahun ini, tahun depan masih bisa dipertahankan tidak untuk tumbuh kencang karena tahun ini masa konsolidasi balik ke posisi tahun 2019,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper