Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ada Perjanjian Bebas Jasa Asean, Ini Dampaknya Buat RI

Kontribusi sektor jasa pada perekonomian Indonesia cenderung lebih dominan dibandingkan dengan manufaktur atau pertanian.
Sekretariat Asean di Jakarta/wikipedia
Sekretariat Asean di Jakarta/wikipedia

Bisnis.com, JAKARTA – Implementasi  Asean Trade in Services Agreement (ATISA) yang ditandatangani pada Oktober 2020 diperkirakan memberikan dampak positif bagi perekonomian nasional secara makro.

Kesepakatan yang bakal meliberalisasi perdagangan sektor jasa antara negara-negara Asean ini bakal diratifikasi melalui Peraturan Presiden.

Mengacu pada riset yang dilakukan Kementerian Perdagangan, Direktur Perundingan Perdagangan Jasa Kemendag Iskandar Pandjaitan mengatakan sejumlah indikator perekonomian Indonesia menunjukkan kenaikan jika ATISA diberlakukan.

Kesejahteraan diproyeksi naik US$30,05 juta dan produk domestik bruto (PDB) riel naik 0,003 persen. Sebaliknya, investasi diperkirakan naik 0,03 persen, ekspor jasa dan barang naik 0,05 persen, dan impor barang serta jasa naik 0,099 persen.

Namun, Iskandar menyebutkan pula risiko yang dialami sejumlah negara Asean. Sebagai contoh, kesejahteraan di Malaysia bisa berkurang US$5,17 juta dalam setahun jika ATISA diberlakukan.

“Indikator ekonomi terlihat akan ada kenaikan, ada beberapa negara Asean yang menurut kajian bisa merasakan dampak negatif,” kata Iskandar dalam kegiatan sosialisasi hasil perundingan Asean Framework on Service Agreement (AFAS) dan ATISA, Senin (12/4/2021).

Iskandar juga mengemukakan posisi Indonesia dalam konstelasi perdagangan jasa di Asean cukup menguntungkan.  Analisisi Strength, Weakness, Opportunity, and Threat (SWOT) memperlihatkan posisi Indonesia yang berada di kuadran pertama dengan peluang di angka 4,05 dari skala 1 sampai 6 dan kekuatan di angka 3,82 dari skala 1 sampai 6.

“Ini harus kita manfaatkan karena ada kekuatan internal kita, strength, yang memungkinkan kita menggunakan kesepakatan ini. Dan ada pula kesempatan yang luas bagi Indonesia,” lanjutnya.

Iskandar menjelaskan posisi sektor jasa bagi perekonomian Indonesia cukup penting karena kedudukannya dalam PDB yang mencapai 50 persen. Kontribusi sektor jasa pada perekonomian pun cenderung lebih dominan dibandingkan dengan manufaktur atau pertanian.

“Menurut kami yang terpenting adalah fakta bahwa sektor jasa diperlukan di industri. Makin bertambahnya nilai produk, makin besar keperluan untuk jasa,” kata dia.

Sebagai contoh, nilai ekonomi dari aktivitas sektor jasa yang meliputi pemasaran, distribusi, dan after sales setidaknya berkontribusi sebesar 40 persen dari produk yang dihasilkan. Sementara untuk kontribusi nilai ekonomi aktivitas manufaktur setidaknya sebesar 20 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper