Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Optimasi IA-CEPA, Ekonom: Perlu Kalkulasi Matang Dulu

Ekonom CORE menilai optimasi IA-CEPA untuk mencapai economic power house memerlukan persiapan kalkulasi yang matang.
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar
Pedagang memotong daging sapi di Pasar Senen, Jakarta, Senin (29/4/2019)./ANTARA-Aprillio Akbar

Bisnis.com, JAKARTA - Ambisi Indonesia dan Australia untuk membangun economic power house dalam payung Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) menghadapi kendala terkait dengan kesiapan industri dalam negeri.

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Mohammad Faisal menuturkan dalam banyak kasus, implementasi perjanjian kerja sama perdagangan, pemerintah dipandang belum menyiapkan kalkulasi yang matang. Contohnya, pada target Indonesia yang membidik peningkatan ekspor daging olahan dari sapi bakalan yang diimpor dari Australia.

Namun, dia menyebutkan bahwa selama ini sapi bakalan yang diimpor lebih banyak dipasok untuk kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan belum banyak dimanfaatkan untuk manufaktur.

“Begitu pun untuk gula, kita banyak tergantung pasokannya dari Australia dan ini sangat diperlukan untuk industri makanan dan minuman. Namun, ada kendala juga untuk pemenuhan bahan baku lain. Contohnya biji coklat,” kata Faisal, Selasa (23/3/2021).

Hal serupa berlaku untuk produk otomotif Indonesia yang diharapkan bisa masuk ke Australia dengan memanfaatkan pembebasan bea masuk. Faisal mengatakan tidak mudah bagi Indonesia untuk menembus pasar negara tersebut selama perusahaan prinsipal di negara asal belum memberi lampu hijau untuk ekspor.

“Misal untuk merek asal Jepang, apakah prinsipalnya mau ke sana? Apakah kita sudah lobi? Dan dari segi pembahasan pengembangan industri agar memenuhi standar pasar apakah sudah dilakukan? Kalkulasi seperti ini yang terkadang terlambat dilakukan,” lanjutnya.

Terpisah, Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Yose Rizal Damuri mengemukakan bahwa bisnis di dalam negeri sejauh ini belum bisa mengoptimalisasi potensi penguatan supply chain yang ada. Menurutnya, kebijakan di dalam negeri terkadang kontraproduktif dengan aspek penguatan rantai pasok yang efisien.

“Contohnya di garam. Padahal impor dari Australia murah dan sangat efisien. Namun ada kalanya kebijakan memaksa pemanfaatan bahan baku dari dalam negeri agar ada ekspor bernilai tambah, efeknya bisa menjadi hambatan tersendiri,” kata dia.

Yose mengatakan kunci dari keberhasilan IA-CEPA berada pada konsistensi fasilitas yang diberikan pemerintah kepada pelaku usaha. Dalam skenario terbaik, Indonesia bisa seperti China yang mengandalkan bahan baku dari Australia dan pada saat yang sama menikmati peningkatan ekspor ke berbagai negara di dunia meski membukukan defisit dengan Australia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper