Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor RI ke Australia Terkerek Sejak IA-CEPA Berlaku

Kemendag mengklaim ekspor ke Australia terkerek sejak IA-CEPA berlaku pada 5 Juli 2020 dan diharapkan bisa memberikan surplus bagi Indonesia.
Ilustrasi Indonesia Australia/ Dok. Antara
Ilustrasi Indonesia Australia/ Dok. Antara

Bisnis.com, JAKARTA - Rata-rata nilai ekspor bulanan Indonesia ke Australia mengalami kenaikan sejak Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) mulai berlaku pada 5 Juli 2020. Defisit perdagangan yang dialami Indonesia pun menyempit pada 2020 dibandingkan dengan 2019, tetapi bisa menjadi sinyal lemahnya aktivitas importasi.

“Dapat kita lihat sejak berlakunya kesepakatan ini ekspor ke Australia meningkat. Jadi memang yang kita harapkan perjanjian perdagangan akan memberikan posisi surplus bagi Indonesia. Namun untuk Australia kita harapkan akan bertahap,” kata Kasubdit Asia Tenggara dan Pasifik Direktorat Perundingan Bilateral Kementerian Perdagangan Nina Damajanti dalam Forum Strategi Pengembangan Ekspor Nasional dan Sosialisasi Hasil IA-CEPA, Selasa (23/3/2021).

Data yang dihimpun Kementerian Perdagangan (Kemendag) menunjukkan bahwa rata-rata nilai ekspor bulanan RI ke Australia naik dari US$189,38 juta pada kurun Januari–Juni menjadi US$228,33 juta pada kurun Juli–Desember 2020. Ekspor pada tahun tersebut mencapai US$2,5 miliar atau naik 7,63 persen dibandingkan dengan total ekspor pada 2019.

Meski ekspor naik, impor Indonesia dari Australia turun 15,75 persen. Kondisi ini pun berpengaruh pada defisit yang menyempit atau turun 32,24 persen menjadi US$2,1 miliar. Nina mengatakan penurunan defisit ini bisa saja dipengaruhi oleh turunnya impor akibat pelemahan ekonomi nasional selama pandemi.

“Defisitnya menurun 32,24 persen, tetapi mungkin kita perlu lihat apakah ini sebenarnya terjadi karena kelesuan ekonomi Indonesia. Jadi memang impor kita dari Australia turun juga karena kemampuan mengimpor juga turun. Kita harap 2021 ekspor bisa meningkat lagi dan defisit akan makin mengecil dan kita menuju surplus, itu impian kita,” lanjutnya.

Ekspor terbesar Australia ke Indonesia sejauh ini didominasi oleh komoditas mentah. Di antaranya adalah batu bara dengan nilai US$610,9 juta, bijih besi senilai US$450,3 juta, sapi hidup dengan nilai US$434,8 juta dan gula senilai US$429,2 juta.

Mayoritas komoditas-komoditas tersebut diolah oleh industri di Indonesia dan diharapkan bisa mendukung kolaborasi kedua negara dalam skema economic powerhouse. Lewat skema ini, Australia diharapkan bisa memasok bahan baku yang bisa diolah Indonesia untuk menjadi produk bernilai tambah yang bisa dipasok ke negara atau kawasan ketiga seperti Afrika dan Timur Tengah.

Dihubungi terpisah, Direktur Perundingan Bilateral Kemendag Ni Made Ayu Marthini menjelaskan utilisasi IA-CEPA pada tahun pertama implementasinya baru menjangkau perdagangan senilai US$23 juta. Masih banyak pelaku usaha yang belum memanfaatkan fasilitas dalam payung IA-CEPA karena masih menggunakan surat keterangan asal (SKA) dalam skema Asean-Australia-New Zealand Free Trade Area (AANZFTA).

“Fasilitasnya sama saja kalau produknya sudah 0 persen. Di kesepakatan ini banyak juga yang tarifnya dibebaskan dan pelaku usaha bisa pakai. Mana saja yang menguntungkan,” kata Made.

Lewat AANZFTA, sekitar 90 persen dari total pos tarif dibebaskan. Kementerian Perdagangan melaporkan bahwa Indonesia merupakan pemanfaat tarif preferensi AANZFTA tertinggi di antara peserta FTA dalam melakukan eksportasi ke Australia, yakni sekitar 31,6 persen selama 2014 sampai 2016.

Sementara untuk IA-CEPA, Australia akan membebaskan semua bea masuk atas 6.474 pos tarifnya kepada Indonesia. Di sisi lain, Indonesia berkomitmen mengeliminasi 94,6 persen dari total pos tarif dan masih memberlakukan bea masuk untuk sejumlah produk sensitif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper