Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Nikel Merosot, Apa Kabar Rencana Pertamina Bangun Pabrik Baterai?

Pertamina akan mengucurkan investasi senilai US$3,2 miliar untuk proyek baterai listrik yang akan dimulai sejak 2022—2029.
Ilustrasi: Baterai untuk kendaraan listrik diproduksi di pabrik Dongguan, China, 20 September 2017./REUTERS
Ilustrasi: Baterai untuk kendaraan listrik diproduksi di pabrik Dongguan, China, 20 September 2017./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) menegaskan rencananya untuk membangun pabrik baterai untuk kendaraan listrik bakal terus berlanjut kendati harga komoditas nikel di pasar global tengah berfluktuasi.

Corporate Secretary PT Pertamina (Persero) Subholding Power & NRE Dicky Septriadi mengatakan bahwa perseroan tetap mendukung program konsorsium pengembangan baterai kendaraan listrik yang tengah dijalankan sejumlah perusahaan badan usaha milik negara (BUMN).

"Tentunya tetap optimistis [membangun pabrik baterai]," katanya kepada Bisnis, Senin (23/3/2021).

Sebelumnya, Pertamina disebut akan membangun pabrik baterai guna memuluskan proyek pengembangan baterai untuk kendaraan listrik dan menjadi pemasok besar dalam industri itu.

Heru Setiawan, CEO Subholding Power and New and Renewable Energy Pertamina, mengatakan bahwa dalam proyek tersebut pihaknya akan terlibat sejak proses pembuatan precursor, katoda, battery cell, hingga battery pack.

Dia menjelaskan bahwa sebagai negara penghasil nikel terbesar di dunia, Indonesia memiliki potensi pasokan sebesar 15 juta ton per tahun. Pertamina akan mengoptimalkan potensi tersebut dengan membangun pabrik di dalam negeri.

“Kita akan memproduksi 140 GW per hour, kami harapkan menjadi global supply chain dan akan menyuplai produsen-produsen mobil listrik seluruh dunia baik itu Amerika, Eropa dan Asia Pasifik,” jelasnya.

Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini mengungkapkan bahwa perseroan akan mengucurkan investasi senilai US$3,2 miliar atau sekitar Rp44,8 triliun dengan asumsi Rp14.000 per US$ untuk proyek baterai listrik yang akan dimulai sejak 2022—2029.

Emma mengatakan bahwa anggaran itu dikucurkan untuk penyiapan bisnis battery pack, swapping, dan stasiun pengisian daya kendaraan listrik.

"Ekosistem EV [electric vehicle] battery jadi mengantisipasi green energy transition kami sudah masuk menancapkan footprint kami untuk bisa mulai shifting terhadap proyek-proyek yang bisa menyubtitusi dari penurunan revenue dari fossil fuel," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Muhammad Ridwan
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper