Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tolak Impor Beras dan Garam, PDIP Minta Mendag Lutfi Tiru Jokowi

PDIP menyesalkan sikap Menteri Perdagangan M. Lutfi yang ngotot mengimpor beras dan garam pada tahun ini.
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. JIBI/Bisnis-Nancy Junita
Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto. JIBI/Bisnis-Nancy Junita

Bisnis.com, JAKARTA — Sekretaris Jenderal Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Hasto Kristiyanto menyesalkan sikap Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang ngotot untuk mengimpor beras dan garam pada tahun ini.

“Menteri sebagai pembantu presiden, di dalam mengambil keputusan politik, harus senafas dengan kebijakan politik pangan presiden dan berupaya mewujudkan kedaulatan pangan nasional serta berpihak pada kepentingan petani,” kata Hasto melalui keterangan tertulis, Sabtu (20/3/2021).

Menurutnya, Lutfi mesti belajar dari kepemimpinan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang selalu membangun dialog dan menyerap aspirasi masyarakat untuk menentukan keputusan.

Dengan demikian, dia mendesak, agar Lutfi melakukan koordinasi dengan pihak terkait yang meliputi Kementerian/Lembaga, asosiasi petani, pakar dan juga kepala daerah.

“Menteri tidak hidup di menara gading sebab dia adalah pengemban tugas sebagai pembantu presiden” tuturnya.

Sebelumnya, kondisi stok cadangan beras pemerintah (CBP) kelolaan Perum Bulog menjadi alasan utama mengemukanya rencana impor beras 1 juta ton.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menjelaskan stok CBP Bulog telah berada di bawah level psikologisnya dan berpotensi menyentuh angka terendah dalam sejarah jika seluruh beras eks-impor 2018 mengalami penurunan mutu.

Berdasarkan data yang dia terima, saat ini stok CBP yang dikelola Perum Bulog berkisar di angka 800.000 ton. Namun, sekitar 300.000 ton dari stok tersebut merupakan beras sisa impor yang dilakukan pada 2018 silam dan berpotensi mengalami penurunan mutu dan tidak bisa dilepas ke pasar.

Dengan demikian, dia mengestimasi stok CBP yang layak dan aman untuk disalurkan hanya tersisa 500.000 ton, padahal stok aman yang telah disepakati pemerintah untuk menjaga stabilitas harga di pasar adalah 1 juta ton. Di samping itu, Perum Bulog juga memiliki kewajiban untuk operasi pasar yang kebutuhan per bulannya mencapai 80.000 ton atau hampir 1 juta ton setahun.

“Jadi stok Bulog yang kira-kira 800.000 ton dikurangi dengan stok impor 2018 300.000, stok Bulog hanya, mungkin tidak mencapai 500.000 ton. Ini adalah salah satu kondisi stok terendah dalam sejarah Bulog,” kata Lutfi dalam konferensi pers, Jumat (19/3/2021).

Data Perum Bulog per 14 Maret menunjukkan masih ada 275.811 ton beras sisa impor 2018 yang masih tersisa. Dari jumlah tersebut, sebanyak 106.642 ton di antaranya telah dinyatakan turun mutu. Bulog menargetkan dapat menyalurkan beras sisa impor sebanyak 41.365 ton pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper