Bisnis.com, JAKARTA - Boeing memproyeksikan maskapai penerbangan di kawasan Asia Tenggara bakal menjadi pasar intra kelima terbesar dunia pada 2039. Pasalnya, melalui maskapai penerbangan berbiaya rendah yang menawarkan layanan yang terjangkau dan kapasitas tambahan, diperkirakan pertumbuhan pergerakan penumpang di Asia Tenggara tumbuh sebesar 5,7 persen setiap tahun sepanjang periode proyeksi.
Vice President of Commercial Marketing Boeing Darren Hulst mengatakan berdasarkan Proyeksi Pasar Komersial (Commercial Market Outlook, CMO) Boeing 2020, jaringan penerbangan domestik dan regional yang luas di kawasan ini dapat menopang pemulihannya pasca pandemi.
"Dalam kurun waktu ini, Asia Tenggara juga akan menjadi pasar penerbangan kedua terbesar di kawasan Asia Pasifik setelah China," katanya, Kamis (25/2/2021).
Berdasarkan perkiraan Boeing, armada pesawat terbang komersial kawasan ini akan tumbuh sebesar 5,3 persen setiap tahun pada 20 tahun mendatang. Selain itu, Darren menyebut permintaan terhadap jasa purna jual pesawat komersial – senilai US$790 miliar – akan membantu menopang armada pesawat terbang dalam kurun waktu yang sama.
"Jasa komersial Asia Tenggara diperkirakan mencapai US$790 miliar dalam 20 tahun ke depan, sedikit meningkat dari proyeksi tahun lalu yang didorong terutama dari pertumbuhan konversi pesawat kargo dan solusi digital dan analitik," jelasnya.
Lebih lanjut dia menuturkan, pertumbuhan fundamental Asia Tenggara tetap kuat di mana dengan meningkatnya jumlah penduduk berpendapatan menengah dan pertumbuhan pengeluaran belanja pribadi, perekonomian kawasan ini telah tumbuh hingga 70 persen pada dekade terakhir.
Baca Juga
Selain itu imbuhnya, pemerintah di kawasan ini terus menghargai kontribusi penting sektor penerbangan dan pariwisata bagi pertumbuhan ekonomi. Dia juga menilai pertumbuhan jasa penerbangan komersial kawasan ini tetap menjanjikan dalam jangka panjang.
"Di tataran global, Boeing memproyeksikan kebutuhan persawat terbang komersial baru sebesar 43.110 dan permintaan terhadap layanan purna jual senilai $9 triliun dalam dua dekade mendatang," tutur Darren.