Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Tren Surplus Transaksi Berjalan Diprediksi Berakhir di Semester Kedua

Berakhirnya tren ini sejalan dengan proyeksi bahwa kegiatan ekonomi di beberapa daerah akan mulai meningkat
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Suasana Terminal 3 Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (12/1/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) pada 2021 diperkirakan akan kembali melebar jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu, sejalan dengan perekonomian yang diperkirakan mulai pulih.

VP Economist Bank Permata Josua Pardede memperkirakan CAD akan kembali mencatatkan defisit pada kisaran 0,5 hingga 1,5 persen dari PDB nasional.

Dia memprediksi, surplus transaksi berjalan masih akan berlanjut hingga semester I/2021, disebabkan masih lemahnya kinerja impor.

Hal ini tercermin dari neraca perdagangan pada Januari 2021 lalu masih mencatatkan surplus sebesar US$1,96 miliar karena kinerja impor masih tertekan.

Di sisi lain, komponen pendapatan primer di transaksi berjalan diperkirakan belum akan mengalami kenaikan signifikan dalam waktu dekat, sejalan belum pulihnya perekonomian domestik.

“Pada paruh kedua 2021, kami perkirakan transaksi berjalan akan mulai kembali mencatatkan defisit, sejalan dengan proyeksi bahwa kegiatan ekonomi di beberapa daerah akan mulai meningkat,” katanya kepada Bisnis, umat (19/2/2021).

Sementara, Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memperkirakan CAD akan melebar menjadi 1,88 persen dari PDB.

Meski meningkat, dia mengatakan perkiraan CAD 2021 masih lebih kecil dibandingkan dengan tingkat rata-rata CAD selama 5 tahun sebelum pandemi Covid-19, yaitu sebesar 2,2 persen.

"CAD 2021 diperkirakan akan melebar sejalan dengan peningkatan permintaan di tengah pemulihan ekonomi domestik,” katanya.

Surplus perdagangan menurutnya akan bertahan pada semester I/2021 karena kinerja ekspor yang solid, terutama didukung oleh kenaikan harga komoditas yang tinggi dan didorong oleh pemulihan ekonomi global.

Sementara kinerja impor akan pulih secara bertahap, didorong oleh penguatan konsumsi domestik dan peningkatan kegiatan penanaman modal tetap secara signifikan, namun dengan asumsi kebijakan penerapan pembatasan sosial masyarakat telah dilonggarkan.

Adapun, Bank Indonesia mencatat CAD pada 2020 sebesar US$4,7 miliar atau sebesar 0,4 persen dari PDB. Posisi ini menyempit dibandingkan dengan defisit pada 2019 sebesar US$30,3 miliar atau setara 2,7 persen PDB.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper