Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Surplus Perdagangan Januari Mengecil, BPS: Masih Lebih Baik dari Tahun Lalu

BPS mencatat, surplus perdagangan pada Januari 2021 sebesar US$1,96 miliar. Sementara neraca perdagangan pada Januari 2020 mengalami defisit US$640 juta atau pada Januari yang saat itu tercatat defisit US$980 juta.
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan keterangan saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/7/2020).
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kecuk Suhariyanto memberikan keterangan saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (1/7/2020).

Bisnis.com, JAKARTA - Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto mengatakan posisi surplus neraca perdagangan pada Januari 2021 jauh lebih baik jika dibandingkan dengan posisi tahun lalu.

BPS mencatat, surplus perdagangan pada Januari 2021 sebesar US$1,96 miliar. Sementara neraca perdagangan pada Januari 2020 mengalami defisit US$640 juta atau pada Januari yang saat itu tercatat defisit US$980 juta.

“Pada Januari 2021 ini nerca perdagangan Indonesia mengalami surplus US$1,96 miliar, posisi ini jauh lebih bagus dibandingkand dengan posisi neraca perdagangan pada Januari 2020 atau pada Januari 2019,” katanya, Senin (15/2/2021).

Namun, jika dibandingkan secara bulanan, surplus nilai surplus pada Januari 2021 mengalami penurunan, di mana surplus pada Desember 2020 tercatat sebesar US$2,1 miliar.

Suhariyanto menjelaskan, performa neraca perdagangan pada Januari 2021 cukup bagus karena kinerja ekspor secara tahunan naik 12,24 persen, yang didorong oleh kenaikan ekspor pertanian sebesar 13,91 persen dan pertambangan 16,92 persen.

“Jadi performa ekspor pada Januari 2021 ini jauh lebih bagus dibandingkan Januari 2020 dan tentunya ini menimbullkan harapan ekspor di bulan-bulan ke depan terus tumbuh dan pemulihan ekonomi akan berjalan sesuai harapan,” jelasnya.

Justru menurutnya, yang perlu dijadikan perhatian adalah kinerja impir yang masih mengalami penurunan. Secara tahunan, kinerja impor pada Januri 2021 masih tercatat turun 6,49 persen.

Penurunan pun terjadi pada impor barant konsumsi, barang penolong, dan barang modal. “Ini mengindikasikan pergerakan impor belum sesuai harapan,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper