Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ditopang Stimulus, Pemulihan Singapura Stabil Tahun Ini

Angka proyeksi pertumbuhan yang dipertahankan menandakan pemulihan ekonomi Singapura berada di jalurnya. Selain itu, penambahan stimulus dalam anggaran tahunan yang dipresentasikan minggu ini akan memberikan dukungan lebih lanjut. 
Properti komersial di kawasan pusat bisnis Singapura./Bloomberg/Nicky Loh
Properti komersial di kawasan pusat bisnis Singapura./Bloomberg/Nicky Loh

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perdagangan dan Industri Singapura mempertahankan proyeksi pertumbuhannya pada kisaran 4 persen hingga 6 persen untuk 2021. Hal itu mempertimbangkan peluncuran vaksin yang lebih cepat di negara-negara maju sementara Amerika Serikat dan Eropa dapat mencapai kekebalan populasi di paruh kedua tahun ini.

Angka pertumbuhan yang dipertahankan menandakan pemulihan berada di jalurnya dan lebih banyak stimulus dalam anggaran tahunan yang dipresentasikan minggu ini akan memberikan dukungan lebih lanjut. p

Perbaikan itu dapat mengimbangi prospek regional yang lebih suram dengan kebangkitan virus di beberapa negara.

"Perekonomian Singapura diproyeksikan mengalami pemulihan bertahap pada 2021 dengan produk domestik bruto diperkirakan tidak akan kembali ke tingkat sebelum Covid sampai paruh kedua tahun ini," kata Gabriel Lim, Sekretaris Tetap di Kementerian Perdagangan dan Industri, dilansir Bloomberg, Senin (15/2/2021).

Dia menambahkan, laju pemulihan juga diperkirakan akan tetap tidak merata di semua sektor.

Singapura yang sangat bergantung pada perdagangan terpukul tahun lalu, dimana PDB menyusut 5,4 persen. Sektor penerbangan, transportasi, dan perhotelan telah menderita karena mandeknya pariwisata global dan pembatasan mobilitas. Prospeknya diperkirakan akan tetap lemah tahun ini, sementara jasa keuangan dan profesional lebih tangguh selama penguncian dan setelahnya.

“Ada revisi ke atas untuk semua sektor, terutama dalam konstruksi dan jasa,” kata Khoon Goh, kepala penelitian Asia di Australia & New Zealand Banking Group di Singapura.

Namun, dia mencatat, data tersebut memiliki sedikit implikasi untuk kebijakan moneter, dan dia memperkirakan Otoritas Moneter Singapura (MAS) akan tetap menahan suku bunga sepanjang tahun.

Wakil Direktur Pelaksana MAS Edward Robinson mengatakan otoritas moneter memiliki pendirian yang tetap dan tidak berubah. Keputusan kebijakan MAS berikutnya dijadwalkan pada April mendatang.

Sementara itu, kasus virus yang ditularkan secara lokal setiap hari di Singapura telah mendekati nol selama beberapa minggu terakhir, mendorong rencana untuk menyambut lebih banyak pengunjung tahun ini di bawah berbagai pengaturan keamanan. Adapun negara tetangga lain di kawasan itu, termasuk Indonesia dan Malaysia, sedang berjuang melawan lonjakan yang memperburuk ekonomi.

Ekonom dalam survei Bloomberg memperkirakan Menteri Keuangan Heng Swee Keat akan mengumumkan defisit fiskal berikutnya ketika ia mengungkapkan rincian anggaran tahun keuangan mendatang pada Selasa besok, yang diharapkan mencakup dukungan yang ditargetkan untuk rumah tangga dan bisnis yang rentan.

Pemerintah Singapura mengatakan pekan lalu bahwa lima paket stimulus yang diumumkan pada 2020, ditambah dengan kebijakan moneter yang longgar, menyelamatkan ekonomi dari kontraksi 12,4 persen atau lebih tahun lalu.

Kementerian Perdagangan juga menerbitkan perkiraan ekonomi akhir untuk kuartal keempat, yang menunjukkan PDB tumbuh 3,8 persen secara kuartalan, lebih baik dari perkiraan 2,4 persen dan proyeksi sebelumnya 2,1 persen. Namun angka itu turun 2,4 persen dari tahun sebelumnya, dan lebih baik dari kontraksi 3,6 persen yang diperkirakan.

Manufaktur mengalami kontraksi 1,4 persen pada kuartal keempat dari tiga bulan sebelumnya, jasa meningkat 4,1 persen, dan konstruksi naik 55,6 persen.

Dalam laporan terpisah, Enterprise Singapura menyatakan pertumbuhan ekspor nonminyak berada di kisaran 0 persen hingga 2 peesen pada 2021, setelah naik 4,3 persen pada 2020. Adapun inflasi bisa naik pada kuartal kedua karena efek basis statistik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper