Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Peluang Ekspor Alkes Lokal Tinggi, Industri Butuh Penguatan

Khusus untuk APD dan masker saat ini mengalami kelebihan kapasitas. Bahkan, situasi ini didukung oleh banyaknya negara yang mencari alternatif supplier dari China. Indonesia harus bisa memanfaatkan kondisi tersebut.
Sejumlah pekerja di S&R Production tengah membuat Face Shield, Kamis (18/6/2020)./Harian Jogja-Jalu Rahman Dewantara
Sejumlah pekerja di S&R Production tengah membuat Face Shield, Kamis (18/6/2020)./Harian Jogja-Jalu Rahman Dewantara

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri alat kesehatan menilai peluang ekspor alat kesehatan (alkes) produksi dalam negeri saat ini cukup tinggi jika pengembangan industri bisa diperkuat. 

Sekretaris Jenderal Gabungan Alat Kesehatan Indonesia (Gakeslab) Randy H. Teguh mengatakan permintaan produksi tersebut bukan hanya terkait produk penanganan Covid-19. Namun, untuk mayoritas produk alkes. 

"Saya dengar sudah banyak minta permintaan dari luar negeri cuman memang industri kita memang terbilang baru butuh penguatan industri dulu," katanya kepada Bisnis, Senin (15/2/2021).

Randy menyebut khusus untuk APD dan masker yang saat ini mengalami kelebihan kapasitas, saat ini bahkan didukung oleh banyaknya negara yang mencari alternatif supplier dari China. 

Menurut Randy, untuk hal tersebut produsen lokal umumnya hanya perlu memperhatikan tata aturan negara tujuan ekspor dan memenuhi standar negara tersebut. Hal itu mengingat alkes adalah industri yang memiliki regulasi ketat dimana paling tidak ada syarat pemenuhan dokumen legal dan teknis. 

"Sejumlah negara di Eropa seperti Jerman itu kami dengar banyak yang menari negara alternatif supplier selain China, ini bisa jadi peluang kita," ujarnya.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Didi Sumedi menyebutkan potensi ekspor alat kesehatan RI pada 2021 bisa menembus US$4,54 miliar atau setara dengan Rp63,4 triliun. Potensi ini berasal dari surplus produksi industri dalam negeri.

Berdasarkan Dashboard Monitoring Alat Kesehatan (DMA), Didi mengatakan kapasitas produksi sampai Desember 2021 untuk alat pelindung diri (APD) coverall mencapai 356,41 juta helai, pakaian bedah (surgical gown) sebanyak 224,35 juta helai, dan masker bedah sebanyak 3,65 miliar helai.

Sementara itu, kebutuhan di dalam negeri sendiri masih berada di bawah produksi. Proyeksi data DMA memperlihatkan kebutuhan penanganan Covid-19 sampai Desember 2021 adalah 14,9 juta helai untuk APD coverall, 7,50 juta helai pakaian bedah, dan 176,60 juta masker bedah.

“Dengan surplus produksi dan asumsi harga APD coverall US$9,25 per helai, pakaian beda US$2,85 per helai dan masker beda US$0,22 per helai, maka potensi ekspornya mencapai US$4,54 miliar,” papar Didi kepada Bisnis, Minggu (14/2/2021).

Potensi tersebut masing-masing berasal dari APD coverall dengan nilai US$3,16 miliar, pakaian bedah US$618,03 juta, dan masker bedah sekitar US$764,79 juta. Nilai ekspor ini cukup besar mengingat realisasi ekspor pada 2020 masih jauh dari potensi yang ada.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper