Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Malaysia Terkontraksi 5,6 persen di 2020, Terburuk Sejak Krismon 98

Hal itu dipengaruhi gelombang virus baru di akhir 2020 yang mendorong ekonomi ke kinerja tahunan terburuk sejak krisis keuangan Asia 1998.
Suasana jalan yang kosong di Bukit Bintang di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3/2020). Sejumlah jalan raya di Malaysia menjadi sepi setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional selama dua minggu. Bloomberg/Samsul Said
Suasana jalan yang kosong di Bukit Bintang di Kuala Lumpur, Malaysia, Rabu (18/3/2020). Sejumlah jalan raya di Malaysia menjadi sepi setelah pemerintah mengumumkan lockdown nasional selama dua minggu. Bloomberg/Samsul Said

Bisnis.com, JAKARTA - Sepanjang tahun lalu ekonomi Malaysia mengalami kontraksi 5,6 persen, kinerja terburuk sejak 1998 dan di bawah proyeksi pemerintah -3,5 persen hingga -5,5 persen.

Hal itu dipengaruhi gelombang virus baru di akhir 2020 yang mendorong ekonomi ke kinerja tahunan terburuk sejak krisis keuangan Asia 1998.

Sedangkan pada kuartal keempat, produk domestik bruto menyusut 3,4 persen, kontraksi ketiga berturut-turut dan penurunan lebih dalam dari angka survei analis Bloomberg -3,1 persen.

"Data tersebut adalah gambaran suram yang tidak diragukan lagi untuk mengakhiri 2020 dengan catatan yang menantang," kata Wellian Wiranto, ekonom di Oversea-Chinese Banking Corp di Singapura, dilansir Bloomberg, Kamis (11/2/2021).

Dengan kesulitan yang berlanjut hingga awal tahun ini, pasar akan secara tidak sengaja melihat data PDB hari ini sebagai satu sinyal besar bahwa Bank Negara Malaysia mungkin harus melonggarkan kebijakan pada Maret daripada kembali menunggu data konfirmasi.

Gubernur Banak Negara Malaysia Nor Shamsiah Mohd Yunus mengatakan Malaysia mencatat kontraksi paling tajam sejak Krisis Keuangan Asia 1998. Dia menegaskan kebijakan moneter tetap sesuai dan akomodatif setelah bank sentral memangkas suku bunga kebijakan sebesar 125 basis poin tahun lalu untuk melawan resesi.

Meski demikian, tambahnya, bank sentral memiliki ruang untuk memberikan dukungan lebih lanjut kepada perekonomian jika diperlukan.

Saham Malaysia berfluktuasi setelah data tersebut, dengan indeks patokan naik 0,2 persen pada penutupan pukul 12:30 malam. Pasar hanya buka setengah hari Kamis menjelang libur Tahun Baru Imlek. Ringgit tidak berubah pada 4,0445 melawan dolar.

Namun demikian, dampak terburuk dari pandemi mungkjn telah berakhir seiring diizinkannya sektor ritel untuk melanjutkan operasinya kemarin, menyusul penguncian selama sebulan yang diperkirakan telah merugikan perekonomian 700 juta ringgit (US$ 173 juta) per hari.

Pemerintah mengatakan akan membuka kembali ekonomi secara bertahap bahkan ketika negara tersebut masih dalam keadaan darurat, mencari keseimbangan yang akan melindungi kehidupan sambil memastikan bahwa kegiatan ekonomi terus berlanjut.

Pembatasan yang dilonggarkan mulai berlaku setelah pejabat kesehatan memperkirakan kasus virus harian memuncak pada akhir Januari. Negara itu menambahkan 2.764 kasus baru pada Selasa pekan ini, jumlah terkecil sejak 11 Januari.

Direktur Jenderal Kesehatan Noor Hisham Abdullah mengatakan infeksi mungkin menunjukkan tren penurunan pada saat penguncian dijadwalkan berakhir 18 Februari mendatang.

Pemerintah bulan lalu meluncurkan paket 15 miliar ringgit untuk membantu ekonomi mengatasi dampak dari lonjakan kasus Covid baru-baru ini. Rencana yang mencakup bantuan tunai untuk orang miskin, keringanan pajak dan subsidi gaji tersebut, akan didanai melalui realokasi dana yang ada dan bukan melalui pengeluaran baru.

Namun, sejauh ini, 2021 dimulai dengan lambat dengan sebagian besar negara diisolasi.

"Gelombang kedua infeksi akan membuat ekonomi menyusut jauh lebih tajam pada kuartal ini," kata Alex Holmes, Ekonom Asia di Capital Economics, menulis dalam sebuah catatan setelah rilis PDB.

Bahkan jika penguncian tidak diperpanjang lebih dari minggu depan, infeksi tinggi berarti jarak sosial akan tetap menjadi hambatan selama berbulan-bulan mendatang.

Sementara itu, inflasi utama rata-rata -1,2 persen pada 2020, terutama mencerminkan harga minyak yang lemah. Bank sentral mengharapkan inflasi rata-rata tahun ini akan lebih tinggi. Nor Shamsiah sendiri menolak memberikan perkiraan PBD tahun ini.

"Meskipun aktivitas memburuk baru-baru ini, kami yakin Malaysia berada pada posisi yang relatif baik untuk pemulihan," kata Kepala Ekonom Asean di HSBC Holdings Plc. Joseph Incalcaterra.

Dia melanjutkan, tingkat dukungan fiskal yang kuat pada 2020 mencegah kemerosotan tajam di pasar tenaga kerja. Sementara itu, perpaduan yang menguntungkan antara produksi semikonduktor, mesin, dan komoditas harus diterjemahkan ke dalam pertumbuhan ekspor yang kuat pada 2021.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper