Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebutuhan DMO Batu Bara Diperkirakan Masih Terus Meningkat

Sepanjang 2020, realisasi DMO batu bara hanya mencapai 85 persen dari target 155 juta ton, yakni hanya mencapai 132 juta ton.
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Alat berat beroperasi di kawasan penambangan batu bara Desa Sumber Batu, Kecamatan Meureubo, Aceh Barat, Aceh, Rabu (8/7/2020). ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas

Bisnis.com, JAKARTA--Kebutuhan batu bara untuk kepentingan dalam negeri atau domestic market obligation (DMO) diperkirakan dalam 5 tahun ke depan akan terus meningkat, terutama dari sektor kelistrikan.

Sementara itu, pertumbuhan kebutuhan batu bara untuk industri selain listrik, seperti pengolahan dan pemurnian, pupuk, semen, tekstil, dan kertas diperkirakan tidak banyak mengalami perubahan.

"Untuk industri selain PLN, sudah mulai statis, tidak terlalu dinamis perkembangannya. Ini tentunya kita perlu berpikir banyak melihat perubahan dunia ini sudah sedemikan hebat," kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan dan Tata Kelola Minerba Irwandy Arif dalam sebuah webinar, Rabu (10/2/2021).

Sepanjang 2020, realisasi DMO batu bara hanya mencapai 85 persen dari target 155 juta ton, yakni hanya mencapai 132 juta ton, sedangkan untuk tahun ini kebutuhan DMO batu bara diperkirakan dapat mencapai 137,5 juta ton.

Kebutuhan DMO tahun ini terbesar berasal dari sektor kelistrikan yang diperkirakan mencapai 113 juta ton atau naik 7,6 persen dari realisasi tahun lalu yang mencapai 105 juta ton. Adapun sisanya, kebutuhan batu bara datang dari industri kertas sebesar 13 juta ton, metalurgi 6 juta ton, briket 3,5 juta ton, semen 1,5 juta ton, dan tekstil 0,5 juta ton.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) Liana Bratasida mengatakan bahwa konsumsi energi untuk industri pulp dan kertas diproyeksikan masih sangat bergantung pada batu bara ke depannya.

Saat ini, penggunaan batu bara cukup dominan, yakni mencapai 65—76 persen dari total konsumsi energi oleh industri pulp dan kertas. Penggunaan energi lain, seperti gas dan EBT, masih dirasa sulit oleh pelaku usaha.

"Harga gas masih sangat mahal bagi industri karena itu balik lagi ke batu bara. Sebenarnya di pulp dan kertas sudah berupaya pakai EBT dari biomassa, namun kami lihat pemakaian EBT masih terkendala oleh peraturan yang tidak kondusif," kata Liana.

Ketua Umum Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso menuturkan bahwa penggunaan batu bara di industri semen juga belum tergantikan. Batu bara dibutuhkan industri semen untuk memproduksi klinker. Setiap 1 ton produksi klinker diperlukan 0,25 ton batu bara.

"Batu bara sementara belum ada penggantinya di industri semen. Gas mahal tidak mungkin pakai gas," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper