Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kejar Transisi Energi, Perusahaan Migas Berisiko Habiskan Rp5.600 Triliun

Institut Tata Kelola Sumber Daya Alam (NRGI) memperkirakan NOC dapat menginvestasikan US$1,9 triliun selama sepuluh tahun ke depan, yang berarti seperlima dari investasi tersebut tidak akan dapat bertahan kecuali harga minyak tetap di atas US$40 dolar per barel.
Platform offshore migas. Istimewa/SKK Migas
Platform offshore migas. Istimewa/SKK Migas

Bisnis.com, JAKARTA - Perusahaan-perusahaan minyak nasional (NOC) berisiko menghabiskan US$400 miliar atau Rp5.600 triliun untuk proyek minyak dan gas selama satu dekade ke depan. Investasi ini mungkin hanya mencapai titik impas jika dunia gagal memenuhi tujuan iklim Paris.

Dalam laporan baru berjudul Risky Bet, Institut Tata Kelola Sumber Daya Alam (NRGI) memperkirakan bahwa NOC dapat menginvestasikan US$1,9 triliun selama sepuluh tahun ke depan, yang berarti seperlima dari investasi tersebut tidak akan dapat bertahan kecuali harga minyak tetap di atas US$40 dolar per barel.

Perusahaan minyak besar seperti BP, Total, dan Royal Dutch Shell telah secara progresif menurunkan perkiraan harga jangka panjang mereka, sekarang di kisaran US$50-60 per barel, sementara beberapa analis melihat tingkat yang lebih rendah tergantung pada skenario transisi energi.

Hasilnya dapat memperburuk ketidaksetaraan karena dana-dana yang seharusnya lebih baik dibelanjakan untuk perawatan kesehatan, pendidikan, atau diversifikasi ekonomi malah dapat menciptakan krisis ekonomi. Banyak dari NOC ini berbasis di negara-negara di mana 280 juta orang hidup di bawah garis kemiskinan.

“Pengeluaran perusahaan minyak negara adalah pertaruhan yang sangat tidak pasti,” kata David Manley, analis ekonomi senior di NRGI.

"Mereka bisa melunasi, atau mereka bisa membuka jalan bagi krisis ekonomi di negara-negara emerging markets dan berkembang serta membutuhkan dana talangan di masa depan yang merugikan masyarakat."

Laporan tersebut mengatakan bahwa produsen di Timur Tengah, seperti Arab Saudi, tidak akan terlalu terpengaruh karena tingkat impas mereka jauh lebih rendah tetapi negara-negara Afrika dan Amerika Latin akan mengalami lebih banyak masalah.

Beban utang yang berat sudah menjadi masalah bagi Pemex Meksiko serta Sonangol Angola. Yang memperparah masalah adalah pandangan ekspansionis lama di banyak NOC, bersama dengan kurangnya transparansi. Rata-rata, hanya satu dolar dari setiap empat dolar pendapatan yang dikembalikan ke kas pemerintah, kata laporan itu.

SOCAR Azerbaijan dan NNPC Nigeria menjadi perhatian khusus, menurut NRGI. Sekitar setengah dari investasi NNPC dalam proyek minyak yang akan datang dapat berubah menjadi kerugian jika transisi energi global bergerak cepat. Negara lain di mana investasi harus ditinjau termasuk Aljazair, China, Rusia, India, Mozambik, Venezuela, Kolombia dan Suriname.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper