Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Insiden PLTP Sorik Marapi, Bagaimana dengan Investasi Panas Bumi?

Standar keselamatan kerja di industri panas bumi selama ini sudah cukup tinggi mengingat risiko pekerjaan yang tinggi.
Ilustrasi: Pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla, Sumatra Utara. Pembangkit berkapasitas 3x110 megawatt ini dikelola Medco Power Indonesia bersama Inpex, Itochu, Ormat and Kyushu Electric./Medco Power
Ilustrasi: Pembangkit listrik tenaga panas bumi Sarulla, Sumatra Utara. Pembangkit berkapasitas 3x110 megawatt ini dikelola Medco Power Indonesia bersama Inpex, Itochu, Ormat and Kyushu Electric./Medco Power

Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Panasbumi Indonesia optimistis investasi dan pengembangan panas bumi di Indonesia tidak akan terpengaruh dari insiden di proyek PLTP Sorik Marapi Unit II sebesar 45 MW baru-baru ini.

Ketua Asosiasi Panasbumi Indonesia (API) Prijandaru Effendi menyesalkan dan turut prihatin dengan insiden dugaan paparan gas hidrogen sulfida (H2S) yang telah menewaskan lima orang warga di Sibanggor Julu, Kabupaten Mandailing Natal, Sumatra Utara tersebut.

Dia tak menampik kejadian ini tidak menutup kemungkinan akan menimbulkan resistensi masyarakat terhadap pengembangan panas bumi. Oleh karena itu, perlu ada perbaikan regulasi terkait standard operating procedure pengembangan panas bumi agar kejadian serupa tidak terulang ke depan.

"Tindakan perbaikan apa ke depan, regulasi perlu improvement untuk cegah hal ini terjadi. Kita harus selidiki apa yang terjadi, kalau ada yang perlu ditambal ya, tambal. Kemudian pengembang dan pemerintah bersama-sama sosialisasikan ke masyarakat bahwa ini aman," ujar Prijandaru ketika dihubungi Bisnis, Kamis (4/2/2021).

Menurutnya, standar keselamatan kerja di industri panas bumi selama ini sudah cukup tinggi mengingat risiko pekerjaan yang tinggi. Hanya, hal itu juga tidak bisa menjamin seratus persen kecelakaan tidak terjadi.

Dia mengibaratkan pengembangan panas bumi seperti pesawat yang secara prosedur dan teknis memiliki tingkat keamanan tinggi, tapi tak menutup kemungkinan bisa terjadi kecelakaan.

Selain itu, pengusaha dan pemerintah juga harus bisa melakukan sosialisasi kepada masyarakat secara memadai agar tidak mendekat ke daerah operasi panas bumi. Hal ini penting dilakukan supaya risiko paparan gas berbahaya, seperti H2S tidak berdampak ke masyarakat.

Dia pun optimistis dengan adanya perbaikan regulasi dan SOP, iklim investasi dan pengembangan panas bumi di Indonesia tidak akan terdampak signifikan.

"Insyaallah tidak saya rasa. Ini big disappointment, tapi bukan berarti membunuh industrinya. Kalau ada resistensi dari masyarakat mungkin saja, makanya harus ada keterbukaan dari semua pengembang dengan pemerintah untuk sosialisasi ke masyarakat jangan takut," katanya.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menyimpulkan kecelakaan panas bumi di proyek PLTP Sorik Marapi disebabkan adanya malaoperasional oleh PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP).

Untuk mencegah terulangnya kejadian yang sama, Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengatakan bahwa Kementerian ESDM akan melakukan koordinasi dengan pemda untuk penanganan dan pemulihan dampak kejadian, melakukan audit penerapan keselamatan dan kesehatan kerja terhadap seluruh kegiatan PT SMGP di lapangan panas bumi Sorik Marapi, serta memastikan PT SMGP melaksanakan seluruh rekomendasi hasil investigasi.

"Dan mempercepat penetapan rancangan Peraturan Menteri ESDM terkait keselamatan dan kesehatan kerja serta perlindungan lingkungan panas bumi," kata Dadan dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VII, Rabu (3/2/2021).

Sementara itu, Wakil Ketua Komisi VII Ramson Siagian menilai insiden di PLTP Sorik Marapi dapat mengancam pencapaian target bauran energi baru terbarukan. Pasalnya, PLTP merupakan salah satu sumber EBT yang cukup besar porsinya di Indonesia.

"Karena kesalahan Anda [PT SMGP] berbahaya terhadap investasi di sektor geothermal, padahal EBT yang diandalkan di Indonesia itu PLTP, PLTA, dan PLTS, yang lainnya masih kecil. Kalau ini terhambat karena masalah ini bahaya," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper