Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Manufaktur China Kembali Melambat Jelang Tahun Baru Imlek

Indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur China Januari 2021 turun menjadi 51,3 dari sebelumnya 51,9, sedangkan indeks nonmanufaktur turun menjadi 52,4 dari 55,7.
Properti di Shenzhen, China, terlihat di latar belakang Taman Linhua./Bloomberg/Qilai Shen
Properti di Shenzhen, China, terlihat di latar belakang Taman Linhua./Bloomberg/Qilai Shen

Bisnis.com, JAKARTA - Upaya China untuk mengendalikan kebangkitan Covid-19 baru-baru ini melemahkan pemulihan yang telah menjadi salah satu titik terang dalam ekonomi global.

Data resmi awal dari Biro Statistik, untuk Januari 2021 menunjukkan indeks manajer pembelian (PMI) manufaktur turun menjadi 51,3 dari sebelumnya 51,9, sedangkan indeks nonmanufaktur turun menjadi 52,4 dari 55,7.

Aktivitas biasanya melambat menjelang liburan Tahun Baru Imlek yang dimulai pekan depan, tetapi pembatasan perjalanan tahun ini untuk menghentikan penyebaran virus corona membuat banyak orang tidak dapat kembali ke kampung halaman mereka.

Hal itu akan membatasi pengeluaran untuk perjalanan, restoran, dan hadiah, tetapi dapat menyebabkan peningkatan hasil industri karena beberapa perusahaan berupaya bekerja sepanjang liburan untuk memenuhi permintaan.

"Ekonomi memperpanjang ekspansinya pada Januari tetapi kehilangan kecepatan lebih tiba-tiba dari yang diharapkan," kata Chang Shu, kepala ekonom Asia di Bloomberg Economics, dilansir Senin (1/2/2021).

Dia menambahkan bahwa perlambatan yang lebih tajam di bidang jasa daripada manufaktur, mencerminkan dampak yang lebih berat dari lonjakan kasus virus di musim dingin dan peningkatan tindakan penahanan pada konsumsi daripada produksi.

Pembatasan pemerintah tahun ini secara radikal akan mengubah migrasi tahun baru, yang biasanya membuat orang melakukan 1,7 miliar perjalanan dari kota untuk menghabiskan waktu bersama keluarga.

Seorang pejabat Kementerian Perhubungan China mengatakan pada awal Januari bahwa perjalanan akan terpangkas 40 persen tahun ini daripada 2019. Namun, data frekuensi tinggi sejauh ini menunjukkan kontraksi mungkin jauh lebih besar dari itu.

Ada 17,3 juta perjalanan yang dilakukan pada Sabtu pekan lalu, penurunan lebih dari 75 persen dibandingkan hari yang sama sebelum tahun baru pada 2019 atau 2020.

Ekonom Goldman Sachs Group Inc. yang dipimpin oleh Helen Hu menulis dalam sebuah laporan bahwa layanan makan, akomodasi, hiburan dan transportasi, jatuh signifikan dalam data PMI Januari. Subindeks ketenagakerjaan juga turun karena pembatasan perjalanan dan orang-orang yang pulang lebih awal dari biasanya, kemungkinan karena persyaratan karantina.

Meski secara tidak terduga menunjukkan hasil yang lemah, tetapi data tersebut menunjukkan masih berlanjutnya ketahanan perekonomian, terutama sektor industri.

Pemulihan China dari pandemi meningkat pesat menjelang akhir 2020, didorong oleh ledakan ekspor untuk barang-barang medis dan elektronik, dan sektor manufaktur terus berkembang pada Januari, meskipun dengan kecepatan yang lebih lambat.

Sementara subindeks untuk pesanan ekspor baru untuk pabrik turun menjadi 50,2 dan indeks yang menunjukkan pesanan baru lebih rendah pada 52,3, keduanya berada di atas level 50 yang memisahkan ekspansi dan kontraksi.

Angka-angka yang lemah mungkin memberikan kabar baik untuk pasar keuangan, yang pada Januari diguncang oleh krisis kas dan kekhawatiran bahwa bank sentral dan pemerintah akan memperketat kredit lebih lanjut.

"Berita buruk tentang PMI bisa menjadi sentimen kebijakan," tulis kepala ekonom China Nomura Holdings Inc, Lu Ting.

Menurutnya pasar dalam sepekan terakhir khawatir tentang potensi perubahan tajam dalam sikap kebijakan Beijing, tetapi berita yang relatif buruk tentang PMI dapat meyakinkan Beijing bahwa sekarang bukan waktu yang tepat untuk membuat perubahan tajam dalam kebijakannya.

Lu memperkirakan pekan lalu bahwa langkah-langkah pencegahan Covid-19 yang diberlakukan akan memangkas 1 poin persentase dari pertumbuhan produk domestik bruto kuartal ini karena hambatan pada jasa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper