Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PMI Januari 52,2, Tertinggi Sejak 6,5 Tahun Terakhir

Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit periode Januari 2021 tercatat naik 52,2 lebih tinggi dari periode bulan sebelumnya atau Desember 2020 yang sebesar 51,3.
Pekerja mengolah daun teh di Pabrik teh Ciater PTPN VII, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pemulihan sektor manufaktur Indonesia pada Januari baik output dan permintaan baru berkembang pada laju yang semakin cepat dan kepercayaan bisnis mencapai level tertinggi dalam empat tahun. ANTARA FOTO/Novrian Arbi
Pekerja mengolah daun teh di Pabrik teh Ciater PTPN VII, Ciater, Kabupaten Subang, Jawa Barat. Pemulihan sektor manufaktur Indonesia pada Januari baik output dan permintaan baru berkembang pada laju yang semakin cepat dan kepercayaan bisnis mencapai level tertinggi dalam empat tahun. ANTARA FOTO/Novrian Arbi

Bisnis.com, JAKARTA — Purchasing Managers’ Index (PMI) manufaktur Indonesia dari IHS Markit periode Januari 2021 tercatat naik 52,2 lebih tinggi dari periode bulan sebelumnya atau Desember 2020 yang sebesar 51,3.

Menurut IHS Markit peningkatan terbaru di sektor kesehatan merupakan yang paling cepat selama enam setengah tahun, dan yang paling besar sejak survei pada April 2011.

Sementara ekspansi semakin cepat dalam permintaan baru selama Januari, dengan kenaikan ketiga pada jumlah bisnis baru yang paling kuat sejak Juli 2014.

Direktur Ekonomi di IHS Markit Andrew Harker mengatakan sektor manufaktur Indonesia masih dalam jalur pemulihan pada awal 2021, dengan pertumbuhan output dan pesanan baru di antara yang terbaik dalam survei selama satu dekade ini.

Tren ini memberikan dorongan kepercayaan lebih lanjut pada awal tahun ini.

“Namun, satu aspek negatif dari survei adalah pekerjaan, yang terus turun pada Januari. Ini menekankan bahwa meskipun perkembangan menuju pemulihan telah dibuat, masih ada beberapa cara untuk dilakukan sebelum aktivitas yang hilang pada tahun Ialu dapat diperbaiki," katanya melalui siaran pers, Senin (1/2/2021).

Sementara itu naiknya permintaan baru menunjukkan pemulihan permintaan konsumen lebih lanjut. Meski begitu, pesanan ekspor baru kembali turun karena pandemi Covid-19 terus memengaruhi perdagangan ekspor.

Pemulihan sektor manufaktur Indonesia pada Januari baik output dan permintaan baru berkembang pada laju yang semakin cepat dan kepercayaan bisnis mencapai level tertinggi dalam empat tahun. Namun, tingkat penurunan yang disebabkan oleh penyakit Covid-19 membuat kapasitas cadangan tetap terjadi, dan perusahaan kembali mengurangi pekerjaan.

PMI Januari 52,2, Tertinggi Sejak 6,5 Tahun Terakhir

Masalah dalam rantai pasokan semakin tampak, dengan kurangnya bahan-bahan yang menyebabkan kenaikan biaya input paling tajam sejak Oktober 2018.

Peningkatan dalam jumlah pesanan baru mendorong kenaikan produksi manufaktur lebih lanjut pada awal 2021. Selain itu, tingkat pertumbuhan merupakan yang paling cepat kedua dalam sejarah survei, tepat di bawah rekor November.

Kepercayaan bisnis juga menguat pada Januari, dengan optimisme yang didorong oleh harapan akan berakhirnya pandemi dan pertumbuhan pesanan baru lebih lanjut. Faktanya, sentimen mencapai level tertinggi dalam empat tahun karena tiga perempat responden memprediksi naiknya output selama tahun mendatang.

Sementara sektor ini tetap dalam mode pemulihan, ada bukti lain bahwa tingkat gangguan yang disebabkan oleh pandemi Covid-19 tahun lalu berarti kapasitas cadangan berkelanjutan. Penumpukan pekerjaan kembali turun secara kuat. Pekerjaan juga terus menurun, meskipun penurunan tingkat susunan staf terkini merupakan yang paling rendah dalam periode penurunan 11 bulan saat ini.

Waktu pengiriman dari pemasok menjadi lebih lama hingga tingkat yang paling lama sejak Mei 2020, dengan pembatasan karena Covid-19, masalah pengiriman dan kurangnya bahan baku mendorong penundaan pengiriman pada Januari.

Kurangnya pasokan bahan baku menyebabkan kenaikan biaya input. Harga input naik tajam, dan pada laju paling cepat sejak Oktober 2018.

Beberapa perusahaan menaikkan biaya bahan baku yang lebih tinggi kepada konsumen mereka, yang mengakibatkan kenaikan harga output dalam tiga bulan berturut-turut. Walaupun demikian, upaya untuk menarik klien berarti bahwa tingkat inflasi masih tergolong sedang dan jauh lebih lemah daripada yangterlihat pada biaya input.

Aktivitas pembelian turun setelah stabilisasi pada akhir 2020, lagi-lagi terkait dengan sulitnya mencari bahan baku. Stok pembelian juga turun, tapi tingkat penurunan berkurang hingga ke tingkat marginal yang merupakan yang paling lemah pada periode penurunan 13 bulan saat ini. Pada akhirnya, stok barang jadi naik untuk pertama kali dalam tujuh bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper