Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjualan Global Jatuh, Saham Starbucks Terkulai

Starbucks mencatatkan penurunan pertumbuhan rata-rata penjualan di tiap toko atau same store sales growth (SSSG) sebesar 5 persen pada kuartal fiskal pertama.
Suasana gerai Starbuks yang dikelola PT MAP Boga Adiperkasa Tbk./starbucks.co.id
Suasana gerai Starbuks yang dikelola PT MAP Boga Adiperkasa Tbk./starbucks.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Saham Starbucks Corp merosot pada akhir perdagangan Selasa (26/1/2021) setelah melaporkan penurunan penjualan yang lebih dalam dari perkiraan dan kepergian Chief Operating Officer Roz Brewer.

Dilansir Bloomberg, Starbucks mencatatkan penurunan pertumbuhan rata-rata penjualan di tiap toko atau same store sales growth (SSSG) sebesar 5 persen pada kuartal fiskal pertama.

Penurunan ini lebih buruk dari perkiraan dari Consensus Metrix yang memperkirakan kontraksi 4,2 persen. Penurunan 5 persen di pasar AS tepat di atas perkiraan, sementara kenaikan 5 persen di China mengalahkan ekspektasi.

Saham Starbucks ditutup melemah 1,66 persen pada perdagangan after-hours setelah sempat anjlok hingga 3,2 persen.

Catatan kinerja ini menunjukkan bahwa perusahaan menghadapi tekanan yang tidak rata menyusul dampak mendalam dari pandemi global. Meskipun terus melemah di banyak pasar, kekuatan di China dan SSSG secara keseluruhan yang lebih baik daripada kuartal sebelumnya menunjukkan bahwa Starbucks telah melewati masa terburuk.

Di sisi lain, keluarnya Brewer menunjukkan perombakan substansial sedang berlangsung di level C-suite peritel kopi tersebut. Starbucks mengumumkan awal bulan ini bahwa CEO Pat Grismer meninggalkan perusahaan karena pensiun. Dia akan digantikan oleh Rachel Ruggeri, wakil presiden senior bidang keuangan untuk Amerika.

Terlepas dari perubahan manajemen, Starbucks melihat kinerja berbalik dengan cepat, dan kinerja kuartal saat ini akan didukung dengan perbandingan tahun lalu pada masa awal pandemi ketika sebagian perdagangan dibatasi.

Pada kuartal kedua, perusahaan memperkirakan SSSG di AS tumbuh 5 persen hingga 10 persen. Sementara itu penjualan di China diperkirakan naik dua kali lipat. meskipun kinerja akan dipengaruhi oleh perbandingan pandemi.

Starbucks melaporkan penurunan jumlah transaksi secara keseluruhan, tetapi pelanggan membelanjakan jumlah yang lebih tinggi, melanjutkan tren yang telah ditetapkan sebelumnya dalam pandemi.

Adapun Pendapatan Starbucks turun 5 persen dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.

AS dan China adalah dua pasar terbesar perusahaan, dan bersama-sama menyumbang 61 persen terhadap portofolio globalnya. Starbucks masing-masing memiliki 15.340 dan 4.863 toko di kedua negara.

Pada kuartal tersebut, Starbucks membuka 278 gerai baru, yang menandakan upaya ekspansi secara agresif meskipun terjadi pergolakan global yang disebabkan oleh Covid-19.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper