Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bea Masuk 0 Persen, Harga Sapi Bakalan Australia Masih Tinggi

Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) menilai pembebasan bea masuk belum bisa mengompensasi besarnya biaya yang ditanggung akibat kenaikan harga.
Ilustrasi peternakan sapi/Antara
Ilustrasi peternakan sapi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA- Pembebasan bea masuk importasi sapi bakalan asal Australia di bawah skema Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement (IA-CEPA) ternyata belum bisa mengompensasi besarnya biaya yang ditanggung usaha penggemukan akibat kenaikan harga impor komoditas tersebut.

“Bea masuk sudah 0 persen tetapi kami tetap merasa harganya tinggi sekali, padahal perdagangan sapi dengan Australia sudah berlangsung lebih dari 30 tahun,” kata Direktur Eksekutif Gabungan Pelaku Usaha Peternakan Sapi Potong (Gapuspindo) Joni P. Liano kepada Bisnis.com, Kamis (21/1/2021).

Joni menjelaskan harga sapi bakalan jantan Australia naik signifikan dalam 7 bulan terakhir. Pada Juli 2020, dia menyebutkan harga berada di kisaran US$2,8—3 per kilogram (kg) sapi hidup.

Per Januari 2021, harga sudah berada di level US$3,9 per kg berat sapi hidup. Berdasarkan kurs referensi Bank Indonesia, nilai tersebut setara dengan Rp54.752 per kg. Sementara harga jual yang biasa dipatok pelaku usaha penggemukan adalah Rp43.000 per kg berat hidup untuk kualitas terbaik.

“Dengan kondisi begini saja modal kami sudah Rp56.000 per kilogramnya. Teman-teman bahkan ada yang memberi subsidi dan melepas Rp48.500 per kilogram agar harga di konsumen tetap terjaga,” kata dia.

Joni mengemukakan kenaikan harga sapi bakalan terjadi lantaran para peternak di Negeri Kanguru tengah memulihkan populasi setelah sempat berkurang akibat banjir yang menerjang negara tersebut pada 2019. Akibatnya, jumlah sapi bakalan yang dapat diekspor berkurang dari sekitar 1,3 juta ekor pada 2019 menjadi 900.000 ekor pada 2020.

Data Meat & Livestock Australia (MLA) pun memperlihatkan penurunan ekspor tersebut. Sepanjang 2019, Australia mengekspor total 1,12 juta ekor sapi bakalan jantan di mana 674.076 ekor di antaranya dikirim ke Indonesia.

Sementara data terbaru menunjukkan ekspor total pada 2020 turun menjadi 911.409 ekor. Terjadi penurunan ekspor ke Indonesia menjadi 466.525 ekor dan terdapat kenaikan ekspor ke Vietnam naik dari 267.563 ekor menjadi 289.555 ekor.

“Terbatasnya pasokan dan mulai naiknya permintaan ini artinya kue yang dibagi makin kecil, akibatnya harga naik signifikan,” kata Joni.

M&E Specialist dari Indonesia-Australia Red Meat and Cattle Partnership David Goodwins dalam laporan diskusi daring Looking Towards 2021 and Beyond, Strategies for Recovery in the Indonesia-Australia Beef & Cattle sector Partnership yang digelar pertengahan Oktober 2020 menyebutkan harga sapi bakalan Australia berada di posisi yang tinggi seiring dengan upaya industri peternakan setempat untuk memulihkan jumlah populasi. Selain itu, dolar Australia pun cenderung lebih kuat dibandingkan dengan rupiah selama pandemi.

Kondisi ini mengakibatkan keterisian kandang di usaha penggemukan sapi bakalan di Indonesia turun menjadi hanya 30 persen. Banyak usaha diperkirakan mengalami kerugian dan tidak bisa bertahan.

Tak memungkiri bahwa usaha penggemukan menghadapi situasi yang sulit, Joni lantas berharap pemerintah dapat berkomunikasi dengan Australia mengenai kondisi ini. Bagaimanapun, perdagangan sapi telah terjalin lebih dari 30 tahun dan kedua negara telah menyepakati IA-CEPA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper