Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Belajar dari Ponsel dan Kakao, Penghiliran Industri Butuh Penguatan Hulu!

Center of Reform on Economics (CORE) menilai dalam upaya hilirisasi untuk meningkatkan kinerja manufaktur pemangku kebijakan tidak boleh melupakan pentingnya memperkuat industri hulu.
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengambil gambar dengan ponselnya saat menghadiri acara forum pimred di Jakarta, Selasa (3/3/2020).  Pada 2014 pemerintah mewajibkan syarat TKDN guna menghalau tingginya barang impor. Impor barang jadi memang turun tajam tetapi impor barang setengah jadi justru melonjak. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja
Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi mengambil gambar dengan ponselnya saat menghadiri acara forum pimred di Jakarta, Selasa (3/3/2020). Pada 2014 pemerintah mewajibkan syarat TKDN guna menghalau tingginya barang impor. Impor barang jadi memang turun tajam tetapi impor barang setengah jadi justru melonjak. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — Center of Reform on Economics (CORE) menilai dalam upaya hilirisasi untuk meningkatkan kinerja manufaktur pemangku kebijakan tidak boleh melupakan pentingnya memperkuat industri hulu.

Direktur Eksekutif Core Indonesia Mohammad Faisal mengatakan ada dua contoh industri yang pernah didorong hilirisasinya tetapi tidak membuahkan hasil yang diharapkan yakni industri ponsel dan kakao.

Menurutnya, pada industri ponsel kala itu sekitar 2014 pemerintah mewajibkan syarat TKDN guna menghalau tingginya barang impor. Usai kebijakan tersebut dirilis, impor barang jadi memang berhasil turun tajam tetapi impor barang setengah jadi justru melonjak.

"Artinya secara agregat sama saja tidak ada penurunan karena industri supplier-nya tidak dibangun. Jadi sebaiknya didorong dulu hulunya agar pada saatnya hilirisasi sudah benar-benar siap," katanya dalam diskusi virtual Agenda Reindutrialisasi Pasca Pandemi CORE Indonesia, Rabu (20/1/2021).

Hal yang hampir serupa terjadi pada industri kakao, sektor hilir saat ini defisit bahan baku karena produktivitas kebun kakao masih rendah. Akibatnya, utilisasi pabrik menurun bahkan sebagian tidak mampu beroperasi lagi dan penyerapan tenaga kerja kembali berkurang.

Hal itu juga membuat kapasitas idle industri kakao meningkat. Padahal ekspor biji kakao sudah berkurang dan impor biji kakao sudah meningkat.

Untuk itu, penyelesaian persoalan penguatan industri hulu tidak bisa hanya dilakukan oleh satu kementerian saja tetapi sejumlah kementerian misalnya untuk pemberian insentif baik fiskal maupun non-fiskal.

Sisi lain, UU Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja perlu mendorong investasi yang tidak hanya fokus pada nilai tetapi multiplier effects yang didapat.

"Dampak itu utamanya pada penciptaan lapangan pekerjaan. Pasalnya, selama ini tren investasi yang masuk hanya dibarengi dengan tingkat penyerapan tenaga kerja yang semakin rendah," ujarnya.

Selaras dengan hal itu Apindo pernah mencatat jika pada 2016 dengan Rp1 triliun investasi mampu menyerap sekitar 2.200 tenaga kerja maka saat ini dengan nominal yang sama tenaga kerja yang terserap hanya separuh atau sekitar 1.200 pekerja saja.

Faisal menyebut pemulihan industri manufaktur saat ini penting untuk didorong, tidak untuk jangka pendek saja tetapi jangka panjang. Untuk itu harus dilakukan tidak hanya di kulitnya saja, tetapi sampai kepada transformasi fundamental dan struktural, sehingga lebih kuat dan berkelanjutan membaantu pemulihan ekonomi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Fatkhul Maskur
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper