Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Calon Menkeu AS Ini Berpotensi Melemahkan Dolar

Menurut pejabat transisi Biden yang mengetahui persiapan sidang Yellen di Kongres, dia juga akan memberikan jaminan bahwa AS tidak akan mendorong dolar lebih lemah untuk meraup keuntungan perdagangan yang kompetitif.
Janet Yellen/Businessweek
Janet Yellen/Businessweek

Bisnis.com, JAKARTA - Janet Yellen, kandidat kuat untuk Menteri Keuangan Kabinet Joe Biden menegaskan komitmen Amerika Serikat untuk menyerahkan nilai dolar pada ketentuan pasar.

Menurut pejabat transisi Biden yang mengetahui persiapan sidang Yellen di Kongres, dia juga akan memberikan jaminan bahwa AS tidak akan mendorong dolar lebih lemah untuk meraup keuntungan perdagangan yang kompetitif.

Hari ini Yellen dijadwalkan memberikan keterangan di depan Kongres AS untuk persetujuannya sebagai menteri keuangan. Jika ditanya mengenai kebijakan nilai tukar, Yellen siap untuk mengatakan bahwa dolar AS dan mata uang lainnya selayaknya memang ditentukan oleh pasar.

"Amerika Serikat tidak mencari mata uang yang lebih lemah untuk mendapatkan keunggulan kompetitif. Kita harus menentang upaya negara lain untuk melakukannya," kata Yellen, dilansir Bloomberg, Selasa (19/1/2021).

Komentar itu dapat memicu spekulasi bahwa Pemerintah AS tidak akan keberatan dengan dolar yang melemah. Investor sudah melipatgandakan taruhan yang menguntungkan jika mata uang semakin melemah, didorong oleh pemerintahan yang siap menggelontorkan lebih banyak stimulus fiskal untuk membantu pemulihan ekonomi.

"Kami menafsirkan pandangan Yellen bahwa pemerintah AS tidak mungkin menghalangi depresiasi dolar yang didorong pasar yang sedang berlangsung," kata Rodrigo Catril, ahli strategi mata uang di National Australia Bank Ltd. di Sydney. Menurutnya Tidak ada tantangan untuk tren penurunan dolar saat ini.

Sebelumnya, AS pernah mengadopsi kebijakan mendukung dolar yang kuat pada 1995. Sejak saat itu, tidak ada kepemimpinan yang melakukan seperti yang dinyatakan Trump pada 2017 saat mengatakan dolar terlalu kuat.

"Ini tidak sama dengan kebijakan dolar yang kuat di masa lalu. Komitmen terhadap nilai tukar yang ditentukan pasar menyiratkan bahwa pemerintahan baru akan merasa nyaman dengan kelemahan dolar lebih lanjut," kata Khoon Goh, kepala penelitian Asia di Australia & New Zealand Banking Group Ltd.,

Sementara kenaikan dolar baru-baru ini telah mendorong pembicaraan tentang rebound berkelanjutan, Goldman Sachs Group Inc. dan investor dalam survei Bank of America Corp. tetap teguh dalam memperkirakan dolar yang lebih lemah.

"Kami terus percaya bahwa kombinasi valuasi dolar yang tinggi, nilai nominal dan nilai riil yang rendah, dan pemulihan yang cepat dalam ekonomi global akan membebani greenback sepanjang 2021," kata ahli strategi Goldman termasuk Danny Suwanapruti.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Ropesta Sitorus
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper