Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Opportunity Loss Perhotelan Rp50 Triliun, 2021 Diprediksi Membaik

Opportunity loss bisnis perhotelan sepanjang tahun lalu diperkirakan mencapai Rp50 trioliun, Namun, untuk tahun ini, tingkat hunian diprediksi membaik.
Ilustrasi: Pengunjung menikmati pemandangan di salah satu hotel./Antara/Ari Bowo Sucipto
Ilustrasi: Pengunjung menikmati pemandangan di salah satu hotel./Antara/Ari Bowo Sucipto

Bisnis.com, JAKARTA – Sepanjang tahun lalu potensi pendapatan pengusaha hotel dan restoran yang hilang (opportunity loss) akibat pandemi mencapai Rp50 triliun.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani mengatakan potensi itu dihitung dari tingkat keterisian atau okupansi hotel dengan total 800.000 kamar di seluruh tanah air yang minim pada 2020.

Menurutnya, rendahnya tingkat keterisian hotel sepanjang tahun lalu yang hanya rata-rata 30 persen itu berdampak pada pendapatan pengusaha yang juga berdampak pada pegawai perhotelan.

"Direct employee di hotel itu kurang lebih 600.000 orang, kami belum hitung kalau dikaitkan dengan ekosistem macam-macam," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (18/1/2020).

Dia tak menutup kemungkinan pengusaha perhotelan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) pegawai. Namun, pihaknya belum dapat memproyeksikan seberapa besar potensi PHK di industri perhotelan.

"Pengusaha pun sudah merumahkan tenaga kerja tetapi skemanya bukan PHK secara langsung," katanya.

Tingkat Hunian 40 Persen

Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia optimistis bisnis properti subsektor perhotelan sepanjang tahun ini akan membaik dengan tingkat okupansi sebesar 40 persen.

Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Hariyadi Sukamdani optimistis kondisi bisnis properti perhotelan lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun kasus positif Covid-19 naik, saat ini masyarakat cenderung lebih berani dan hati-hati untuk melindungi diri.

Oleh karena itu, okupansi pada 2021 akan mencapai 40 persen atau meningkat dari tahun lalu yang rerata secara nasional mencapai 30 persen.

"Tahun 2021 ini akan lebih baik dengan okupansi apabila secara nasional akan naik di 40%. Okupansi kemarin agak bagus terutama akhir tahun ya, lalu di Januari langsung drop lagi okupansinya," ujarnya dalam konferensi pers secara virtual pada Senin (18/1/2020).

Sepanjang tahun lalu, lanjutnya, tak dipungkiri banyak resor di Bintan dan Bali yang masih tutup sampai dengan saat ini.

"Jumlahnya belum updating lagi. Secara kenyataannya di lapangan yang terkait resort di luar jawa mengalami kondisi terdampak," ucap Hariyadi.

Ketua BPD Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Sutrisno Iwantono menuturkan sebagian pengusaha sektor perhotelan mulai menjual hotel karena memburuknya kondisi keuangan perusahaan akibat tekanan pandemi.

Hal itu dikarenakan tingkat keterisian (okupansi) hotel yang tergerus selama wabah virus corona.  Dia menuturkan dari sekitar 56 persen keterisian kini menjadi di bawah 20 persen sehingga tentu berdampak pada pemasukan hotel pun berkurang.

Dia mengkhawatirkan apabila terus berlanjut maka akan banyak hotel yang akan tutup secara permanen. Namun demikian, pihaknya belum mengantongi angka pasti jumlah pengusaha yang menjual aset hotelnya tersebut.

"Jika kondisi 2-3 bulan ke depan tidak ada perbaikan akan semakin sulit," ucapnya.

Dia berharap agar pemerintah membantu meringankan beban-beban biaya yang dapat menyebabkan industri perhotelan kolaps. Hal itu dengan bantuan menghapuskan pajak PB1, pajak korporasi, PBB, pajak reklame, pajak tanah air, biaya listrik, pungutan tenaga kerja dan pungutan lainnya.

DKI Jakarta memiliki 991 hotel hingga 2019. Jumlah tersebut terdiri dari 397 hotel bintang dan 594 hotel nonbintang.

Ditopang Kegiatan Pemerintah

Sementara itu, Senior Associate Director Colliers International Indonesia berharap kinerja sektor properti perhotelan akan membaik tahun ini.

Kegiatan pemerintah di hotel diharapkan kembali di tahun ini termasuk penanganan vaksinasi Covid-19 sehingga kepercayaan masyarakat untuk melakukan kegiatan bisnis kembali pulih

"Saat ini mulai ada kegiatan di hotel, tetapi belum bisa dikatakan kembali normal seperti semula. Pemerintah masih menjadi pasar terbesar bagi hotel di Jakarta. Diharapkan pertengahan tahun ini sudah kembali membaik," ujarnya.

Menurutnya, bisnis perhotelan dipastikan belum bisa pulih sepanjang vaksin Covid-19 belum dilakukan. Para pengusaha hotel hanya bisa berharap pada suksesnya vaksinasi yang dilakukan pemerintah.

"Tahun 2021 [kondisi perhotelan] sangat bergantung pada penanganan Covid, karena pandemi dampaknya sangat cepat ke sektor perhotelan," katanya.

Penanganan pandemi yang cepat, tuturnya, akan berdampak positif pada perhotelan. Pasalnya, sektor ini sangat bergantung pada kegiatan pemerintah dan swasta di hotel.

"Pulihnya sektor perhotelan tidak berlangsung dalam waktu dekat karena masih menunggu program vaksinasi yang dilakukan pemerintah agar masyarakat bisa bebas beraktivitas," ucap Ferry.

Selain itu, faktor lain yang membuat kinerja hotel di Jakarta membaik pada pertengahan 2021 yakni kebijakan pemerintah menutup pintu kedatangan WNA kecuali memiliki visa diplomatik dan visa dinas yang terkait kunjungan resmi pejabat asing setingkat menteri ke atas.

"Kegiatan kunjungan bisnis yang melibatkan ekspatriat tidak semudah itu untuk dilaksanakan. Kemudian pada bulan April sudah memasuki Ramadan dan Mei memasuki Lebaran, sehingga kinerja hotel mulai ramai setelah Lebaran," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper