Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Sekunder Kondominium di Singapura Tumbuh 18,1 Persen

Bisnis properti subsektor kondominium di Singapura sepanjang tahun lalu ternyata mengalami pertumbuhan hingga 18,1 persen di tengah ekonomi akibat pandemi Covid-19.
Wajah properti Singapura./Bloomberg/Nicky Loh
Wajah properti Singapura./Bloomberg/Nicky Loh

Bisnis.com, JAKARTA – Dengan pengejaran properti yang tiada henti di Singapura meskipun terkena Covid-19, 2020 berakhir dengan kinerja yang baik di pasar sekunder kondominium.

Transaksi pasar sekunder untuk rumah pribadi nontanah naik 18,1 persen pada 2020 dibandingkan dengan 2019. Data SRX Property pada Selasa (12/1/2021) menunjukkan 10.712 properti berpindah tangan sepanjang 2020.

Sepanjang tahun lalu harga jual kembali naik 1,4 persen, dengan Nicholas Mak, kepala penelitian dan konsultasi ERA Realty, mencatat bahwa indeks harga 2020 berakhir di level tertinggi sejak statistik dari portal real estat dibuat tersedia untuk umum.

Kenaikan sebesar itu sedikit lebih lemah dari kenaikan 1,8 persen yang tercatat pada 2019 dibandingkan dengan 2018.

Kepala penelitian dan konten PropNex Wong Siew Ying mengatakan minat baru di pasar sekunder kondominium pada paruh kedua tahun 2020 kemungkinan besar membantu mendukung pasar penjualan baru, karena beberapa penjual mungkin telah mendaur ulang modal untuk memperoleh properti yang baru diluncurkan.

Wong mengutarakan kebangkitan di pasar jual kembali kondominium swasta berlanjut. Pada Desember 2020, harga jual kembali naik untuk bulan kelima berturut-turut. Namun, volume turun 5,1 persen menjadi sekitar 1.236 unit yang dijual kembali, dari 1.302 unit yang dijual kembali pada November 2020.

Menurut dia, segmen rumah mewah menghadapi lebih banyak tekanan harga relatif terhadap dua segmen lainnya—menengah dan bawah—karena larangan perjalanan telah mengurangi permintaan rumah kelas atas dari pembeli asing yang tidak dapat melihat dan bertransaksi properti di Singapura.

"Beberapa calon pembeli mungkin juga lebih berhati-hati tentang melakukan pembelian rumah besar-besaran di tengah penurunan ekonomi. Mereka lebih memilih untuk menunggu dan melihat," tambah Wong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Sumber : The Business Times
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper