Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Kimia Proyeksi Dampak PPKM Jawa-Bali Tak Signifikan 

Pelaku usaha kimia dasar memperkirakan PSBB akan menjadi new normal ke depan selama pandemi Covid-19.
Ilustrasi perusahaan kimia
Ilustrasi perusahaan kimia

Bisnis.com, JAKARTA —  Industri kimia dasar menilai pembatasan wilayah Jawa dan Bali pada 11-25 Januari mendatang diproyeksi tidak akan memberi dampak signifikan secara langsung kepada industri.  

Ketua Umum Asosiasi Kimia Dasar Anorganik (Akida) Michael Susanto Pardi mengatakan pelaku industri juga sudah terbiasa dengan adanya PSBB sebelumnya. Pada prinsipnya, menurut dia, kinerja awal tahun ini akan sangat bergantung pada daya beli masyarakat dan belanja negara yang meningkat. 

"Menurut saya dua fakor itu yang akan paling memberikan dampak pada industri. Kami pun lebih concern pada program pemulihan ekonomi secara nasional karena kemungkinan PSBB akan menjadi new normal untuk kita semua ke depan," katanya kepada Bisnis, Jumat (8/1/2021).

Michael menyebut mau tidak mau ke depan masyarakat semua akan beradaptasi dengan situasi dan kondisi yang ada di depan. Artinya, tidak bisa hanya beranggapan apabila PSBB diperlonggar maka ekonomi akan membaik. 

Alhasil, masyarakat kini sudah berubah dalam pola belanja sehari-hari dan juga menjalankan protokol kesehatan ketika ke luar rumah. Untuk itu, kemungkinan permintaan tidak akan kembali pada masa sebelum pandemi Covid-19 karena gaya dan kebutuhan yang dahulu dilakukan akan berkurang. 

"Misalnya, travelling dan ke mal tentunya akan berkurang dan mengurangi daya beli masyarakat yang berimbas pada PDB Indonesia nantinya," ujar Michael.

Seiring hal di atas, Michael menilai pada periode awal tahun ekspansi belum akan signifikan. Bahkan secara keseluruhan kinerja tahun ini tidak akan jauh berbeda dengan tahun lalu.

Michael mengatakan sejumlah industri hilir yang dipasok oleh kimia dasar anorganik seperti deterjen, keramik, air bersih, minyak goreng, dan tekstil pada kuartal IV/2020 lalu permintaannya cukup stabil. Alhasil, belum ada prediksi kenaikan yang signifikan pada kuartal I/2021 ini. 

"Kalau prediksi kami sementara tahun ini akan sama dengan 2020 yakni di bawah 2019. Awal tahun juga masih berat karena bahan baku ada kenaikan tajam akibat shortage freight container yang belum bisa diselaraskan dengan kenaikan harga jual karena demand belum benar-benar naik," katanya.

Micahel mengemukakan secara utilisasi pada kuartal I/2021 ini kemungkinan akan sama dengan kuarta IV/2020. Sementara itu, pada kuartal akhir tahun lalu itu memang ada sedikit peningkatan dibandingkan kuartal III/2020. 

Akida mendata rentang utilisasi pabrikan saat ini masih di kisaran 40 persen. Pasalnya, utilisasi industri pengguna bahan kimia dasar masih berada di kisara 40-50 persen. 

Michael sebelumnya menyebut tahun ini sejumlah tantangan besar masih akan dihadapi. Hal itu sejalan dengan proyeksi Kementerian Perindustrian yang mencatat pertumbuhan industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia tahun ini3,68 persen lebih rendah dibanding proyeksi pertumbuhan 2020 yakni 5,20 persen. 

Menurutnya, ada sejumlah kunci pendorong untuk pertumbuhan tahun depan tetapi yang paling penting adalah efektifitas vaksin. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper